PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
GALUH
2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I ILMU
PENGETAHUAN
1.1 Pengetahuan dan Ilmu
Pengetahuan
1.2 Komponen-komponen Ilmu
1.3 Struktur Ilmu Pengetahuan
BAB
II METODE PENELITIAN
2.1 Pengertian
2.2 Pentingnya Kegiatan Penelitian
2.3 Pendekatan Memperoleh
Kebenaran
2.4 Macam-macam Metode
Penelitian
2.5 Langkah-langkah
Penelitian (Proses Kegiatan Ilmiah).
BAB III PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
3.1 Latar Belakang Masalah
3.2 Mengidentifikasi, Memilih/
Membatasi, dan Merumuskan Masalah
3.3 Tujuan Penelitian
3.4 Kegunaan Penelitian
BAB IV KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
4.1 Merumuskan Kerangka Pemikiran
4.2 Merumuskan Hipotesis
BAB V VARIABEL DAN CARA
PENGUKURANNYA
5.1
Variabel Penelitian
5.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian : Variabel, dimensi (sub-variabel),
indikator dan Pengukurannya.
5.3
Macam-macam Variabel Penelitian dan Hubungan antar Variabel yang Diteliti
BAB VI OBJEK DAN METODE PENELITIAN
6.1 Objek
Penelitian
6.2 Populasi
Penelitian
6.3 Sampel
Penelitian
6.4 Metode Penelitian
BAB VII SUMBER DAN TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
7.1 Jenis dan Sumber Data
7.2 Teknik
Pengumpulan Data : Alat dan sakala Pengukuran
7.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
BAB VIII ANALISIS DATA
DAN INTERPRETASI
8.1 Analisis Data
8.2 Pengujian Hipotesis
8.3 Interprestasi Hasil
Penelitian
BAB IX KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN
9.1
Kesimpulan Penelitian
9.2
Implikasi Penelitian
BAB X PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
10.1 Susunan
/ Draf Laporan Penelitian
10.2 Latar
Belakang Penelitian
10.3
Identifikasi Masalah
10.4 Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
10.5
Kerangka Pemikiran
10.6 Asumsi/
Premis dan Postulat
10.7
Perumusan Hipotesis
10.8
Tinjauan Pustaka
10.9 Objek
dan Metode Penelitian
10.10
Analisis Data dan Pembahasan
10.11
Kesimpulan, Implikasi Penelitian dan Saran-saran
10.12 Daftar
Pustaka
BAB XI PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)
11.1 Pengertian
Penelitian Tindakan
11.2 Cirir-Ciri
Penelitian Tindakan
11.3 Tujuan
Penelitian Tindakan
11.4 Manfaat
Penelitian Tindakan
11.5
Karakteristik Penelitian Tindakan
11.6
Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan
11.3 Langkah-Langkah dan Prosedur
Penelitian Tindakan
Sumber:
- Kerlinger, “Resecrh Method for Social Studies”.
- Moleong, ”Qualitatif Research”.
- Sugiono, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”.
- Suharsimi Arikunto, “Metode Penelitian”.
- Bogdan, “Research Method”.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan ialah sekumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan runtut melalui metode ilmiah. Metode
ilmiah atau disebut juga metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah
sistematis dalam mendapatkan pengetahuan. Prosedur atau langkah-langkah
sistematis tersebut meliputi:
(1)
Mengidentifikasi
dan Merumuskan
masalah,
(2)
Menyusun
kerangka Pemikiran,
(3)
Merumuskan
Hipotesis,
(4)
Menguji
hipotesis,
dan
(5)
Menarik
kesimpulan.
Dengan kata lain, metode
ilmiah adalah cara memperoleh dan menyususun ilmu pengetahuan.
Beda
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan terletak pada: “Pengetahuan” adalah
bahan ilmu, dan baru bisa menjawab tentang apa, sedangkan “Ilmu Pengetahuan”
menjawab tentang mengapa suatu kenyataan atau kejadian”.
Jadi, ilmu pengetahuan
merupakan sekumpulan pengetahuan dalam bidang tertentu yang disusun secara
sistematis, menggunakan metode keilmuan, dapat dipelajari dan diajarkan, dan
memiliki nilai guna tertentu.
Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek,
metode, dan memiliki aspek-aspek:
(1)
Aspek
Ontologis,
yaitu berkenaan dengan apa yang dipelajari ilmu atau berkenaan dengan objek
studi. Aspek ontologis berkenaan dengan apa yang ingin diketahui, apa yang
dipikirkan atau yang menjadi masalah. Contoh : Aspek ontologis dalam ilmu
ekonomi adalah perilaku manusia yang dihadapkan pada persoalan sumber daya yang
terbatas, dengan kebutuhan yang tidak terbatas.
(2)
Aspek
Epistimologis,
berkenaan dengan bagaimana ilmu mempelajari objek studinya dengan menggunakan
metode tertentu, yaitu metode keilmuan atau metode ilmiah yang didukung oleh
sarana berfikir ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan gabungan antara pola
berpikir induktif (dari hal-hal yang khusus, dianalisis menjadi
hal-hal yang umum) dan pola berpikir deduktif . (dari
hal-hal yang umum kepda hal-hal yang khusus). Pola berpikir induktif dan deduktif disebut juga
proses “ Logico-hypotetico-verifikatif atau “deducto-hypotetico-verifikatif”, yang
terdiri dari langkah-langkah sebagaimana dikemukakan dalam metode keilmuan:
(1)
Merumuskan masalah, (2) Menyusun kerangka berfikir (3) Merumuskan hipotesis,
(4) Menguji hipotesis, dan (5) Menarik kesimpulan.
(3)
Aspek aksiologis, berkenaan
dengan aspek gunalaksana atau manfaat ilmu. Nilai guna ilmu bisa dilihat secara
positif dan normatif. Secara positif nilai guna ilmu adalah untuk
mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi berbagai fenomena yang sesuai
dengan objek studi yang dipelajari. Sedangkan secara normatif, nilai
guna ilmu adalah untuk mengendalikan berbagai fenomena kearah yang dinginkan.
Secara normatif aspek aksiologis ilmu erat kaitannya dengan pertimbangan nilai,
etika dan moral. Dalam penelitian aspek aksilogis digambarkan dalam
saran-saraan atau rekomendasi hasil penelitian.
Secaran garis besar, ilmu pengetahuan terbentuk melalui proses dan tahapan
sebagai berikut:
(a)
Ilmu
mempelajari fenomena.
(b)
Fenomena-fenomena itu diabstraksikan menjadi konsep dan
variabel.
(c)
Konsep dan variabel itu dipelajari hubungannya berberntuk
proporsi yang sifatnya berbentuk hipotesis-hipotesis.
(d)
Hipotesis
diuji secara empirik melalui fakta.
(e)
Jalinan fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk
teori. Teori-teori nilah yang merupakan ilmu.
Di atas
telah dijelaskan, bahwa pokok masalah keilmuan adalah meliputi aspek
ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologis. Kegiatan
ilmiah diawali dengan perumusan masalah dan
dan penyusunan kerangka berfikir yang didalamnya termasuk logika dan
matematika yang kemudian menghasilkan khasanah pengetahuan ilmiah (di dalamnya
termasuk teori dan hasil penelitian empiris). Dari kerangka berpikir tersebut,
timbulah hipotesis untuk diuji dengan menggunakan data, analisis, teknik
pengujian (statistik) dan dibuat kesimpulan statistis. Jika hipotesis tersebut
diterima, maka akan menjadi khasanah
pengetahuan ilmiah dan apabila ditolak akan kembali lagi kepada penyususnan
kerangka berfikir untuk diulang lagi kehipotesis sampai kesimpulan akhirnya
diterima.
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah
Bagan Kegiatan Ilmiah Sebagai Suatu Proses dan Metode Keilmuan pada bagan (1.1 ) dan (1.2) sebagai berikut di bawah ini:
DUNIA KEILMUAN
Dedu
ksi
Kohe
rensi
Dunia Abstraksi Verbal
Sarana

Komunuikasi
Ilmiah
BAHASA
GAMBAR 1.1 : KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Abs traksi
Ob servasi Melalui
Pancaindra

Analisis deduktif Logika
matematik
Analisis induktif Disain/Metode
Anaisis
Data
DD
GAMBAR 1.2 METODE KEILMUAN
GAMBAR 1.3 HUBUNGAN METODE BERFIKIR,
SISTEMATIKA ILMIAH DAN METODE ILMIAH
Ilmu pengetahuan berkembang melalui suatu proses Scientific
Research, yang diawali dengan observasi, identifikasi masalah, perumusan
kerangka pemikiran, permusan hipotesis, pengujian hipotesis, penguimpulan data,
analisis dan interprestasi data, dan
penarikan kesimpulan. Menurut Sekaran (2000:20),
“Scientific
research focus on the goal of problem solving
and pursues a step-by-step logical, organized, and regiorious method to
identify problems, gather data, analyze them, and draw valid conclusions
therefrom”.
Perhatikanlah
proses pengembangan ilmu di bawah ini:
GAMBAR 1.4 PENGEMBANGAN ILMU
Fungsi
ilmu, yaitu mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi,
dan mengendalikan. Ilmu melaksanakan fungsinya melalui teori yang
dikandungnya. Teori ialah himpunan definisi, konsep dan hipotesis
tentang hubungan antar variabel. Ciri utama teori, adalah mengandung makna “jika…,
maka…”. Tujuan teori adalah menjelaskan dan membuat prediksi, sehingga
memungkinkan untuk melakukan pengendalian.
Sesuai
dengan karakteristik ilmu, yaitu rasional, logis, objektif dan
terbuka, maka seorang ilmuwan selain harus memiliki syarat-syarat: empirisme,
rasionalisme, dan kritisme, juga harus memiliki sikap
ilmiah sebagai berikut:
(1)
Sikap ingin tahu, yaitu memiliki
sikap bertanya atau selalu penasaran terhadap sesuatu yang gelap, yang tidak
wajar, dan kesenjangan.
(2)
Skeptik, yaitu bersikap ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang
belum kuat dasar pembuktiannya.
(3)
Kritis, yaitu cakap dalam menunjukkan batas-batas soal, mampu
menunjukkan perbedaan-perbedaan (divergensi) dan persamaan-persamaan (konvergensi),
serta cakap menempatkan pengertian-pengertian yang tepat.
(4)
Objektif, yaitu mementingkan objektivitas (tidak memihak).
(5)
Free from etique, bahwa ilmu itu
monologis, yaitu menilai apa yang benar dan apa yang salah, tetapi juga harus
memperhatikan apa yang baik dan apa yang buruk bagi kemanusiaan.
1.2 Komponen-Komponen
Ilmu
Ilmu pengetahuan pada
hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut:
(1)
Teori, yaitu generalisasi yang
telah teruji kebenarannya secara ilmiah.
(2)
Fakta, keadaan sebenarnya (empirik)
yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau lebih.
(3)
Fenomena, yaitu gejala dan kejadian
yang ditangkap dengan panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman
,perasaan, perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau simbul) yang
mengandung pengertian singkat dari fenomena,
(4)
Konsep, yaitu istilah atau simbul yang mengandung pengertian
singkat dari fenomena.
Bila
fakta yang satu mempengaruhi yang lain di sebut faktor. Hubungan antar faktor
disebut proporsi. Proporsi inilah lazim disebut embrio teori. Bila sifat
hubungan yang dimiliki proporsi telah diketahui, maka proporsi tersebut menjadi
konsep lanjut (yang lebih tinggi dari konsep awal), yaitu menjadi teori
hubungan. Bila teori itu sempat diuji berulang kali dan tetap bertahan, maka
meningkat menjadi hukum atau dalil-dalil. Dalam bagan tampak sebagai berikut:





GAMBAR 1.5 JALINAN ANTARA
KOMPONEN-KOMPONEN ILMU
1.3
Struktur Ilmu Pengetahuan
GAMBAR
1.6 STRUKTUR ILMU PENGETAAHUAN
1.4 Aparatur/Kelengkapan
Ilmu
Selain
memiliki komponen-komponen dan struktur yang jelas, ilmu pengetahuan memiliki
aparatur (kelengkapan-kelengkapan) yang jelas pula. Misalnya,
kelengkapan (aparatur) struktur ilmu ekonomi dapat kita pahami dari contoh
berikut ini:
1). Axioma, adalah konsep/pola
dasar berpikiri. Misal dalam lmu ekonomi/manajemen aksiomannya scarcity meants, yaitu suatu ituasi
dimana terdapat kelangkaan.
2).
Data atau fakta, ada tiga, yaitu:
a. Faktor endowment, yaitu faktor yang dianggap lestari (tidak bisa diubah oleh
ilmu itu sendiri), misal dalam ilmu ekonomi, pertumbuhan penduduk, perkembangan
teknologi, iklim, dll.
b. Variabel, yaitu setiap gejala yang
bisa diukur ( ada gejala yang tidak bisa diukur misalnya selera). Dalam ilmu
ekonomi, semua variabel ekonomi terukur menurjut objektivitas, realiabilitas
ilmiah dan validitas ilmiah.
c. Faktor
Given, yaitu fakor-faktor yang dianggap relatif tetap. Biasanya
dijadikan suatu asumsi dasar untuk keberlakuan suatu hukum, misalnya dalam ilmu
ekonomi dikenal dengan sebutan caterius- varibus.
3). Metode Berfikir ( method
of thinking) terdiri dari:
(1) deduksi,
(2) induksi,
dan
(3) sistensis.
Selain metode berfikir, ilmu
ekonomi memiliki kelengkapan ilmiah lainnya,meliputi ;
(1)
Model-model Ekonomi, terdiri dari:
a) Model
fungsi, misal: c= f(y);
b)
Model
persamaan, misal: c = a + cYd.;
c)
Model
tabel, misal: tabel distribusi pendapatan, tabel harga dan produksi;
d)
Model grafik, misal:
grafik fungsi konsumsi, grafik fungsi permintaan dan grafik fungsi biaya
lainnya;
e)
Model diagram, misal: diagram lingkaran aktivitas
ekonomi, diagram lingkaran kemiskinan dan lain sebagainya.
(2)
Alat berfikit ilmu ekonomi meliputi grafis, diagramatis,
statistis dan matematis.
(3)
Postulat ilmu ekonomi, terdiri dari hukum dasar yang
jelas baik bersifat kausalitas maupun fungsionalitas.
(4)
Teknik penalaran (method or reasioning) ilmu ekonomi: bahwa ilmu ekonomi dapat
disajikan dalam bentuk verbal, diagramatis, matematis, statistis
dan grafis.
5) Objek
ilmu Ekonomi, terdiri dari; a) Cara/tindakan manusia dalam memperoleh
dan menggunakan barang dan jasa yang terbatas; b) Cara mengalokasikan sumber
daya; c) Cara mempelajari perilaku; d) Ilmu tentang memilih, e) ilmu tentang
kemakmuran.
6) Fungsi
ilmu ekonomi adalah (a) Menjelaskan , memprediksi dan mendeskripsikan
tentang cara mencapai kemakmuran dan keadilan; (b) Menjelaskan dan
mendeskripsikan cara memcahkan semua problematika ekonomi baik secara etis
maupun etis.
7) Problem
ekonomi adalah sumberdaya yang terbatas sedangkan kebutuhan
manusia tida terbatas.
BAB II
KEGIATAN ILMIAH
2.1 Pentingnya Penelitian
Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan asspek
penting bagi kehidupan suatu manusaia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
alasan sebagai berikut:
(1) Tuntutan kebutuhan manusia
sebagai mahluk sosial terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan.
Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut manusia selalu berusaha untuk mencoba menemukan,
menghasilkan, dan menerapkan berbagai pengetahuannya termasuk penemuan dibidang
teknologi dan inovasi.
(2)
Penemuan
dibidang teknologi dan inovasi telah mendorong
para ilmuwan untuk terus meneliti, mengembangkan penemuan-penemuannya.
(3)
Selain
didorong oleh rasa ingin tahu, para peneliti juga didorong oleh adanya tuntutan
praktis di lapangan.
Eskalasi
perkembangan tuntutan praktis dengan jelas tidak lepas dari invensi dan inovasi, serta kegiatan penelitian yang terus
menerus. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mendorong invensi-invensi-invensi.
Inivensi-invensi inilah yang mendorong perkembangan inovasi dan
telah menjadikan suatu bangsa semakin
maju dan berkembang. Invensi-invensi (penemuan baru) timbul karena adanya
dorongan untuk mengadakan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian-penelitian
ilmiah itulah yang didorong oleh keingintahuan dan tuntutan praktis.
2.2
Pendekatan
Untuk Memeperoleh Kebenaran
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan tentang hakikat
kebenaran suatu ilmu. Filsafat mempelajari akal budi manusia, yang salah
satu cirinya adalah selalu ingin tahu terhadap berbagai hal dan persoalan yang
belum diketahui dan difahaminya. Karena dorongan ingin tahu itulah, maka
manusia selalu mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan, seperti apa (what),
mengapa (why), dan bagaimana (how).
Untuk memperoleh jawaban dan kebenaran dari berbagai
pertanyaan tersebut di atas, ada tiga
cara atau pendekatan yang lazim digunakan, yaitu:
(1)
Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Wahyu.
Kebenaran yang
didasarkan pada wahyu merupakan kebenaran mutlak (absolut), karena
didasari oleh keyakinan dan kepercayaan.
Kebenaran kitab suci ( misalnya Al-quran) bagi umat islam merupakan wahyu dari
Allah yang kebenarannya mutlak. Karena kebenaran itu
mutlak, maka kebenaran tersebut tidak perlu dipertanyakan dan diuji lagi. Misalnya,
Allah itu ada, Esa, adil dan maha penguasa alam semesta.
(2) Penemuan
Kebenaran Melalui Pendekatan Non-Ilmiah. Peneman
kebanaran pengetahuan tidak selalu melalui prosedur dan proses ilmiah, tetapi
juga bisa lelui pendekatan non-ilmiah. Pendekatan kebenaran
non-ilmiah diperoleh melalui akal sehat, kebetulan, intuitif, trial
and error, otoritas dan kewibawaan.
a.
Penemuan kebenaran melalui pendekatan akal sehat, Pendekatan ini biasanya kurang dapat
diterima sebagai kebenaran ilmiah. Hal tersebut menurut Kerlinger (1992 : 4-8) disebabkan: (a)
Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep dalam pengertian yang longgar; (b)
Hasil pengujian hipotesis secara selektif karena semata-mata cocok dengan
hipotesisnya; (c) Kurang memperhatikan kendali atau kontrol terhadap
sumber-sumber pengaruh di luar yang dipersoalkan; (d) Dalam menjelaskan
hubungan antar fenomenaa-fenomena tidak begitu tajam dan kurang hati hati.
Kebenaran yang diperoleh melalui akal sehat biasanya ditemukan dan digunakan
dalam kehidupan praktis. Misalnya, kebenaran tentang pengaruh pendapatan
seseorang terhadap tingkat konsumsinya.
B.Penemuan
kebenaran melalui pendekatan kebetulan
Penemuan
kebenaran melalui pendekatan kebetulan bukanlah kebenaran yang diperoleh secara
ilmiah, tetapi memang secara kebetulan menemukan, misalnya penemuan obat sakit
malaria (pohon kina), yang secara kebetulan. Penemuan pohon kina sebagai obat
malaria sebagai kebenaran telah diterima oleh kalangan masyarakat termsuk
masyarakat ilmiah.
C.
Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error Penemuan kebenaran melalui
pendekatan trial and error dilakkukan oleh manusia secara aktif dengan cara
mengulang-ulang pekerjaannya sampai ditemukan suatu kebenaran tertentu. Dalam
melakukan pekerjaan ini, manusia melakukan kegiatan tanpa adanya suatu tuntunan
atau pedoman sistematis seperti pada penelitian ilmiah, tetapi secara untung-untungan
menemukan kebenaran tertentu, misalnya seseorang yang menemukan cara mengajar
yang paling efektif karena ia telah mengajar secara terus menerus.
D.Penemuan kebenaran melalui pendekatan intuitif,
Penemuan kebenaran melalui pendekatan intukitif diperoleh
melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir
ilmiah. Penemuan kebenaran ini pada umumnya diperoleh sangat cepat. Misalnya,
penemuan kebenaran.
E.Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan
kewibawaan,
Penemuan
kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan muncul dari
pernyataan-pernyataan mereka yang memegang otoritas atau yang memiliki
kewibawaan tertentu, misalnya pernyataan dari seorang ilmuwan dalam suatu forum
ilmiah atau pernyataan seseorang yang menjadi kunci dalam kelompok tertentu.
Pernyatan –pernyataan mereka diterima begitu saja tanpadiuji terlebih dahulu.
(3) Penemuan kebenaran melalui
Pendekatan Ilmiah
Penemuan
kebenaran melalui Pendekatan Ilmiah, yaitu kebenaran yang diperoleh dari
proses berfikir dan prosesdur ilmiah seperti telah dikemukakan di bagian
terdahulu, yaitu diawali dengan merumuskan masalah, merumuskan kerangka
pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Dalam
penemuan kebenaran melalui metode ilmiah, ada beberapa kriteria metode ilmiah yang harus
diperhatikan, diantaranya :1) Berdasarkan fakta, 2) Pertimbangan objektif, 3)
Sifatnya kuantitatif dan kualitatif, 4) Logika deduktif–hypotetik, 5) Logika
hipotetik-generalisasi.
Selain
kriteria di atas, ada prinsip-prinsip kegiatan penelitian yang harus
diperhatikan, yaitu:
a.
Kegiatan
penelitian merupakan usaha sadar memalui proses berfikir ilmiah dalam mencari
kebenaran.
b.
Kegiatan
peneltian harus dilakukan secara hati-hati melalui prosedur kerja yang teratur,
sistematis dan terkontrol sehingga kondisi ini akan menumbuhkan keyakinan
kritis mengenai hasil penelitian.
c.
Kegiatan
penelitian adalah suatu kegiatan yang mengkaitkan antara penalaran dan empiris
atau atara teori , konsep, ilmu pengetahuan dengan empiris (kenyataan).
d.
Kegiatan Penelitian harus memperhatikan
beberapa nilai seperti netralitas, emosiaonal, universalisme, keterbukaan,
kemandirian, dan kekuatannya terletak pada argumen.
GAMBAR
2.1 MODEL PENELITIAN
2.3
Macam-Macam Bentuk Penelitian
Pada
umumnya penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu penelitian menurut
sifat masalahnya dan menurut tujuannya.
2.3.1 Menurut sifat masalahnya (Dirjen Dikti, 1981):
(1)
Penelitian Historis; bertujuan untuk
membuat rekonstruksi masa lampau, secara sistematis dan objektif dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan yang akurat.
Contoh:
* Studi tentang Praktek Bawon di
Pulau Jawa.
(2)
Penelitian Deskriptif; bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Apabila, diambil beberapa sampelnya
saja, diseebut survey deskriptif.
Contoh:
*
Studi tentang kebutuhan pendidikan keterampilan di Daerah X.
* Survey Pendapat Umum Tentang Sikap Berhemat
Masyarakat.
* Penelitian Tentang Daya Serap Siswa SMA dalam
Pelajaran X.
(3)
Penelitian
Perkembangan
(Development Research); bertujuan untuk menyelidiki pola urutan
pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Contoh:
*
Studi Longitudinal Pertumbuhan yang Mengukur Sifat-sifat Perubahan X.
* Studi Cross-sectional Tentang Sifat-sifat
Pertumbuhan X
* Studi Kecenderungan Tentang Pola-pola
Perubahan X.
(4)
Penelitian
Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research); bertujuan
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial: Individu, kelompok dan masyarakat.
Penelitian ini cirinya bersifat mendalam tentang suatu unit sosial tertentu
yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisisir.
Contoh:
* Studi Kasus yang
dilakukan Piaget tentang Perkembangan Kognitif pada Anak-anak
* Studi Kasus
tentang Pola Konsumsi Masyarakat Kota dan Pola-pola Kehidupannya.
* Studi Lapangan
yang tentang Kelompok Masyarakat Terpencil.
(5)
Penelitian Eksperimen; bertujuan utnuk
menyelidiki kemungkinan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada suatu atau
lebih kondisi perlakukan dan membandingkan hasilnya dengan suatu atau lebih
kelompok kontrol.
Contoh: * Eksperimen tentyang gejala-gejala
alam
(6)
Penelitian Korelasional, bertujuan untuk meneliti sejauhmana
variasi-variasi pada suatu faktorberkaitan dengan variasi-variasi faktor lain
berdasarkan koefisien korelasi.
Contoh: * Studi tentang Hubungan antara Pola Belajar
dengan Prestasi Belajar.
(7)
Penelitian
Kausal Komparatif,
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
Contoh:*Studi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan efisisensi perusahaan.
(8)
Penelitian Tindakan (action research), yaitu
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keteraampilan baru atau cara-cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan cara penerapan langsung
didunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Contoh:
*
Penelitian tentang Program “Inservice-Training” untuk melatih para Penyluh Pertanian Lapangan.
(4)
* Penelitian Tindakan Kelas oleh Guru-Guru di SMA
2.3.2
Berdasarkan Tujuannya (Rusidi, 1991):
(1)
Penelitian
Penjajagan (Eksploratif), yaitu penelitian yang masih terbuka dan masih mencari
unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat (UCS). Penelitian ini biasanya belum memiliki hipotesis dan kerangka
pemikiran. Untuk mengalirkan fikiran peneliti, biasanya digunakan pendekatan
masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian, bukan kerangka
pemikiran.
(2)
Penelitian
Penjelasan (Eksplanatory) atau
Confirmatory)
, yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan
kerangka pemikiran terlebih dahulu , kemudian dirumuskan dalam bentuk
hipotesis.
(3)
Penelitian
Deskriptif (Dvelopmental), yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu, dan untuk mendeskripsikan fenomena tertentu secara
terperinci (Masri Singarimbun, 1982). Penelitian ini biasanya tanpa menggunakan
hipotesis yang dirumuskan secara ketat, tetapi adakalanya ada yang menggunakan
hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik.
2.3.3 Menurut Pendekatannya (Masri Singarimbun (1982):
(1) Penelitian Eksperimen
(2)
Penelitian Evaluasi
(3)
Penelitian Grounded Research
(4)
Analisis data Sekunder.
BAB
III METODE PENELITIAN
Metode
penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkah-langkah dalam
mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah cara
sistematis untuk menyususn ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian adalah
cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian biasanya mengacu
pada bentuk-bentuk penelitian.
3.1
Macam-macam Metode Penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan,
sifat masalah dan pendekatannya ada empat macam metode penelitian :
(1)
Metode
Eksperimen(Mengujicobakan), adalah penelitian untuk menguji apakah
variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya
harus digunakan variabel kontrol. Penelitian eksperimenadalah untuk menguji
hi[potesis yang dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya
dilakukan untuk bidang yang berssifat eksak. Sedangkan untuk bidang sosaial
bisanya digunakan metode survey eksplanatory, metode deskriptif, dan historis.
(2)
Metode
Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudaah
digariskan itu tercapai atau sesuaai atau cocok ddengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan daari
penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna
menyususn teori baru dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Lebih
mutaakhirnya, metode verifikasi berkembang menjadi grounded research,
yaitu metode yang menyajikan suatu pendekatan baru, dengan data sebagai sumber
teori (teori berdasarkan data).
(3)
Metode
Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang digunakan untuk
mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai
dengan mengumpulkan data, mengaanalisis data dan menginterprestasikannya.
Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi
kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan
gerak, analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.
(4)
Metode
Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian yang meneliti sesuatu yang
terjadi di masa lampau. Dalam penerapannya, metode ini dapat dilakkan dengan
suatu bentuk studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan
bibliografik. Penelitian historis bertujuan untuk menemukan generaalisasi dan
membuat rekontruksi masa lampau, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi serta mensintesiskan
bukti-bukti untuk enegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh
kesimpulan yang kuat.
3.2 Langkah-langkah Penelitian (Proses Kegiatan Ilmiah)
]
GAMBAR 3.1
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUANTITATIF
1.
Mengidentikasi, Memilih dan merumuskan Masalah
1.1
Mengidentifikasi Masalah
(1)
Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan dan menarik
untuk diteliti.
(2)
Masalah dapat dicari melalui “Pancaindera”, yaitu pengamatan,
pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.
(3).
Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das
sein , yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada
dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara
harapan dan kenyataan. Masalah berkaitan dengan suatu kondisi yang mengancam,
mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. “A problem as any situation where a gap exist between
the actual and the desired ideal state (Sekaran, 1992).
1.2
Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber
sebagai berikut:
(1)
Bacaan,
terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
(2)
Seminar,
diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
(3)
Pernyataan
pemegang otoritas
(4)
Pengamatan
sepintas
(5)
Pengalaman
pribadi
(6)
Perasaan
intuitif.
1.3
Memilih Masalah/Pembatasan
Dalam
mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah, dan tidak
semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan
pemilihan/pembatasan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih masalah:
(1)
Masalaha
tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti, tergantung pada :
* Ada/tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya
teori yang relevan dengan itu ,
* Ada/tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah
praktis.
(2)
Managebility,yaitu Cukup dana, cukup waktu, cukup alat,
cukup bekal kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang diperlukan.
1.4 Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifkasi dan dipilih/dibatasi,
selanjutnya masalah tersebut hendaknya:
(1) Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan
jelas.
(2) Memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan
data guna menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.
Contoh:
* Apakah
diversifikasi usaha lebih lebih berhasil daripada intensifikasi usaha?
* Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan
produktivitas kerja karyawan?
2. Penyususnan
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis dengan argumentasi yang
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Menurut
Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti menduduk-perkarakan masalah dalam
kerangka teoritis (theoritical framework) atau disebut juga proses deduktif.
Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal
berkut ini:
(1)
Cari teori-teori, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang relevan untuk dijadikan landasan teoritis dalam
penelitian. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut berasal dari acuan umum
yaitu dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, monografh dan
sejeneisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Kriteria sumber bacaan adalah prinsip
kemutakhiran (recency) dan relevansi. Menurut Rusidi (1993),
tahap penguraian teori yang menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah
kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap conceptioning.
(2)
Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi
tersebut, lakukan perincian analisis melalui penalaran deduktif.
Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang terdahulu dilakukan pemaduan
(sistesis) dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi
dan induksi itu dilakukan secara iteratif, sehingga dihasilkan jawaban yang
paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.
3.
Perumusan Hipotesis
·
Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang jawabannya harus
diuji.
·
Hipotesis dirangkum atau diturunkan dari kerangka
pemikiran/kesimpulan teoritis.
·
Ada dua jenis hipotesis:
(1)
Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang menunjukan pemaknaan suatu konsep
dari sautu teori.
(2)
Hipotesis eksplanatif/verivikatif, yaitu hipotesis yang mengubungkan atau mempertautkan
dua veriabel atau lebih untuk diuji.
·
Hipotesis
eksplanatif/verifikatif hendaknya menyatakan pertauatan dua variabel atau
lebih.
·
Hipoteis dinyatakan dalam kalimat deklaratif/pernyataan
yang jelas, padat dan spesifik.
·
Harus
teruji/dapat diuji.
4.
Menguji Hipotesis Secara Empirik
(1) Menguji
dengan alat statistik inverensial dan statistik deskriftif, untuk membuktikan
apakah teori-teori tersebut teruji secara meyakinkan (significant) atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara empirik
(Penelitian Kuantitatif).
(2)
Menguji dengan tanpa statistis untuk
mencari pemaknaan (Penelitian Kualitatif).
KOMPONENDAN SISTEMATIKA
PENULISAN SKRIPSI/TESIS
Dalam
penulisan Skrips/Tesis ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan, antara
lain:
(1) HALAMAN JUDUL
(2) LEMBAR PENGESAHAN
(3) PERNYATAAN
(4) ABSTRAC
(5) ABSTRAK
(6) KATA PENGANTAR
(7) DAFTAR ISI
(8) DAFTAR TABEL
(9) DAFTAR GAMBAR
BABI PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penelitian
1.2
Identifikasi
dan Perumusan Masalah
1.3
Tujuan
Penelitian
1.4
Kegunaan
Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS/PENDEKATAN
MASALAH*)
2.1
Kajian
Pustaka
2.2
Kerangka
Pemikiran
2.3
Hipotesis/ Pendekatan Masalah*)
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.2 Metode
dan Disain Penelitian
3.3 Operasionalisasi Variabel/Lanagkah-langkah
Penelitian*)
3.4 Sumber Data dan Alat Pengumpulan
Data
3.5 Teknik Pengolahan Data
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Penelitian
4.1.1 Tinjauan Umum Objek
Penelitian
4.1.2 Deskripsi
Variabel Yang Diselidiki/Aspek-aspek yang Diteliti*)
4.1.3
Hasil Pengujian / Hasil Penelitian dan Pemaknaan
4.2 Pembahasan
BAB V KES IMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran-saran/ Implikasi
Manajerial
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT
PENULIS
HALAMAN JUDUL
(1)
Halam judul memuat
Nomor Daftar Program, Judul
Skripsi/Tesis, Tulisan Skripsi/Tesis,
Tujuan Penulisan, Nama dan Nomor
Induk Mahasiswa,Logo Universitas, Nama
Program Studi , Nama Universitas, dan Tahun
Penulisan.
(2) Judul Skripsi/Tesis minimal mengandung satu variabel anteseden (indevendent)
dan satu variabel konsekuensi (dependent), yang dirumuskan dalam kalimat
pernyataan secara jelas dan ringkas(
maksimal 10 kata) (lihat contoh format).
LEMBAR
PENGESAHAN
Memuat tentang Judul Skripsi/Tesis, Tanggal Pengesahan, Nama dan NIP Komisi Pembimbing I dan
Pembimbing II, Nama dan NIP Ketua
Program, Nama dan NIRM Mahasiswa (lihat contoh format).
ABSTRAK
Memuat tentang Judul Skripsi/Tesis,
Nama Mahasiswa, Topik
/masalah yang diteliti, objek penelitian, metode,
dan hasil penelitian.
(1) Abstrak ditulis satu setengah spasi maksimal 1/2-3/4 halaman.
(2) Abstrac harus diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris
KATA PENGANTAR
(1) Berisi ucapan syukur kepada Tuhan
YME, dan uraian yang mengantarkaan para pembaca skripsi kepada
permaslahan/topik yang diteliti.
(2) Memuat ucapan terimakasih
dan penghargaan kepada yang
telah berjasa membantu penyelesaian
studi dan penulisan Skripsi/Tesis, yaitu:
b. Pimpinan/Ketua/Rektor Universitas
c. Direktur/Dekan/Ketua Program
d. Komisi Pembimbing I dan II.
e. Dosen serta staf TU Program
Pascasarjana
f.
Pemegang otoritas objek yang diteliti
g. Orang Tua dan Keluarga Peneliti
h. Kerabat/teman dekat yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
DAFTAR ISI
Terdiri dari komponen dan susunan
seperti dalam contoh Format pada
lampiran
DAFTAR TABEL
Nomor
dan nama
tabel disusun sesuai
dengan nomor urut tabel dan
halaman, serta Bab dimana tabel itu dimuat
DAFTAR GAMBAR
Nomor dan Nama
Gambar disusun sesuai
dengan nomor urutan gambar dan halaman dimana gambar tersebut dimuat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian
(1)
Pada bagian ini mensinyalir tentang adanya suatu
gejala/masalah yang kemudian diuraikan
tentang topik atau masalah yang
menjadi issu sentral
penelitian atau gejala
penelitian sebagai informasi
awal untuk diteliti. Informasi awal tersebut harus berdasarkan fakta-fakta atau data-data bukan ”commonsence pribadi” . Data-data tersebut bisa berasal dari hasil
pra-penelitian, atau dari Biro
Pusat Statistik atau badan resmi lainnya,
atau informasi yang
berasal dari referensi ilmiah, seperti jurnal, hasil-hasil penelitian
sebelumnya, seminar, lokakarya,
pendapat pemegang otoritas, dan
instuisi atau pengalaman pribadi.
Informasi awal tersebut, sebutkan sumber
referensinya. Data-data, fakta-fakta, dan referensi lainnya harus ada dalam
latar belakang penelitian untuk menunjukan bahwa gejala atau fenomena itu
disinyalir ada memang berdasarkan fakta, pengalaman dan referensi yang
ditangkap dengan panca indera bukan khayalan atau bukan persepsi atau commonsence pribadi penulis yang tanpa
fakta dan bukan uraian kajian pustaka).
Misalnya:
a. Berdasarkan pengamatan/observasi awal atau laporan hasil
survey pendahuluan: Ada data yang
menunjukkan produktivitas karyawan atau prestasi siswa menurun dari tahun
ketahun.
b.
Ketika
seminar pendidikan: Dilontarkan tentang kurangnya minat siswa ke sekolah kejuruan .
c. Berdasarkan pengalaman: kurangnya tingkat kepuasan dalam
bekerja.
.
(2)
Memuat tentang
mengapa kejadian atau gejala itu
dianggap masalah dan mengapa urgen/penting diteliti, dan apa dampaknya apabila
masalah ini dibiarkan, apakah mengancam, mengganggu, menghambat dan menyulitkan
sehingga menimbulkan kesenjangan. Termasuk implikasi masalah terhadap berbagai
aspek. Dengan kata lain memperlihatkan kompleksita snya masalah.
Misalnya:
a. Akibat prestasi siswa yang menurun tersebut tidak diatasi
, maka akan menyulitkan bagi sekolah
untuk meningkatakan kualitas pendidikan. Selain dapat menurunkan kualitas
pendidikan,turunnya prestasi siswa juga akan menyulitkan para orang tua siswa
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, tentu saja akan mengancam
terjadinya penurunan minat siiswa untuk mendaptar, dan kepercayaan masyarakat
menjadi berkurang kepada sekolah tersebut.
b. Bila minat kesekolah kejuruan menurun, maka penyediataan
tenaga ahli menengah menjadi kurang, sektor produktif menjadi rendah, dan
menyulitkan penempatan tenaga kerja.
c.
Jika
perkembangan sekolah tidak meningkat, maka citra sekolah akan menurun, jumlah
siswa sedikit, sekolah kekurangan siswa dan sulit dalam pengelolaan.
(3)
Menguraikan bagaimana masalah tersebut seharusnya
dipecahkan (pendekatan pemecahan masalah): biasanya mengguakan beberapa
pendekatan teoritis dan kebijakan lainnya.
Misal: Untuk mengatasi permasalahan rendahnya prestasi
siswa tersebut secara teoritis sudah ada penentunya, seperti kualifikasi guru,
fasilitas, dan iklim belajar. Bahkan pemerintah telah melakukan langkah-langkah
kebijakan melalui Bantuan BOS (Biaya Operasi Sekoilah)dll.
(4)
Urgensi masalah, yaitu untuk mengatasi apa masalah ini
dipecahkan dan diteliti, dan apa manfaat hasil penelitian ini bagi kehidupan
praktis dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Misalnya:
Masalah ini sangat penting untuk diatasi supaya prestasi
siswa menjadi meningkat. Bagi
kepentingan praktis khususnya sekolah, penelitian ini sangat penting terutama
untuk mengatasi permasalahan rendahya prestasi belajar dan mengetahui
faktor-faktor penyebabnya.
1.2 Identifikasi dan
Perumusan Masalah
(1) Dalam bagian ini, mula-mula kemukakan semua faktor atau variabel yang
teridentifikasi menyebabkan terjadinya suatu masalah berdasarkan referensi (literatur) atau hasil
penelitian tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan msalah pokok tersebut tentu
saja yang masih bermasalah. Tentu saja banyak faktor penyebabnya, tetapi yang diidentifikasi adalah faktor-faktor dan
masalah masalah yang terjangkau dan dikuasai peneliti saja.
Misalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa rendah dan
masih bermasalah tersebut diantaranya kualifikasi guru yang rendah, fasilitas
belajar yang kurang, budaya akademik yang kurang kondusif, partisipasi orang
tua siswa yang rendah, lingkungan belajaryang tidak kondusif, pendanaan sekolah
yang kurang, dan lain-lain.
(2) Apabila semua faktor yang
menyebabkan terjadinya
masalah tersebut sudah teridentifikasi (terdeteksi),
kemudian pilihlah beberapa faktor
yang terjangkau oleh kemampuan ilmu
peneliti dan menarik untuk diteliti (tahap inilah
yang disebut tahap pembatasan masalah). Misal, yang menyebabkan prestasi rendah
di atas ada sepuluh faktor, maka pilih saja dua faktor yaitu faktor iklim
belajar dan budaya akademik.
(3)
Setelah
beberapa faktor tersebut dipilih (dibatasi) untuk diteliti, kemudian masalah
tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya (?) yang opera sional, terukur,
observable, padat, jelas dan tegas.
Misalnya
:
Banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi siswa, di antaranya fasilitas belajar,
kemampuan guru, budaya sekolah, iklim pembelajaran, kemampuan manajerial kepala
sekolah, dsb. (Jam’an, 2008: 2). Dari berbagai factor yang mempengaruhi prestasi
siwa, penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang iklim belajar dan budaya
akademik. Persoalan ini cukup menantang dan sangat menarik untuk diteliti,
karena selain belum ada yang meneliti masalah ini cukup aktual dan sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu pertanyaan yang
ingin di atasi adalah:
(a) Sejauhmana pengaruh iklim belajar terhadap
prestasi belajar?
(b) Apakah budaya akademik berpengaruh
terhadap prestasi siswa?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
(1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
merupakan
pernyataan mengenai apa
yang akan dihasilkan atau
dicapai oleh peneliti. Misalnya: Untuk mengevaluasi pengaruh,
untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan, dan lain sebagainya tergantung
jenis penelitian dan masalah
yang akan diteliti. Oleh sebab
itu, tujuan penelitian harus konsisten
dengan masalah yang
telah dirumuskan.
(2)
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian
berkenaan dengan manfaat ilmiah dan praktis dari hasil penelitian
2.1 Kegunaan Ilmiah
(Teoritis),
yaitu
untuk memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada
relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Misalnya; Untuk
memberikan sumbangan pemikiran atau menambah informasi bagi perkembangan ilmu
manajemen pendidikan dan sebagainya.
2.2 Kegunaan
Praktis, yaitu kegunaan
penelitian bagi dunia
praktis dilapangan, misalnya untuk mengatasi persoalan menurunya prestasi belajar.
BAB II KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS/PENDEKATAN MASALAH *)
Pada
bagian ini ada tiga
sub-bagian , yaitu:
2.1 Kajian Pustaka
·
Diuraikan
konsep-konsep, penjelasan yang
berhubungan dengan unsur-unsur/indikator-indikator/ciri-ciri/sifat-sifat dari
suatu variabel yang akan diteliti,
teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil yang ada hubungannya dengan
variabel yang diteliti berdasarkan referensi
kepustakaan yang mendukung. Kutipan kajian pustaka bisa dikutip penuh
atau hasil dari kristalisasi penulis.
·
Disamping hasil teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum
dalam bagian ini juga berisi hasil kajian empirik dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk disintesiskan dengan teori-teori yang
ada. Hindari teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang berkontribusi kecil.
2.2 Kerangka Pemikiran/Pendekatan Masalah *)
(1) Kerangka
pemikiran merupakan uraian
tentang bagaimana peneliti
mengalirkan jalan pikiran secara
logis dalam rangka mecahkan masalah yang telah dirumuskan.
(2) Dalam
kerangka pemikiran diuraikan polapikir peneliti, dalil-dalil hukum hukum, kaidah-kaidah, dan
ketentuan-ketentuan dari kepustakaan,
dan
generalisasi-generalisasi dari
hasil penelitian terdahulu,
kemudian tarik benang merahnya menurut
jalan pikiran peneliti,
sehingga membentuk model alur berpikir. Sebaiknya,
dalam kerangka pemikiran ini ada suatu grand
theory yang membantu menjawab permasalahan. Sumber bacaan dan hasil
penelitian yang dipilih harus yang mutakhir
dan relevan.
(3) Tariklah
benang merah dari terori-teori tersebut untuk dibuat suatu model/ bagan
penelitian yang menggambarkan hubungan antara konsep yang ada dalam teori,
sehingga membentuk alur hubungan antar klonsep yang merupakan benang merah dari
teori-teori .
Gambar 4.1 Hubungan Antar Variabel
(4)
Hubungan/bagan/model alur peneltiian ini untuk memudahkan menyusun hipotesis. Dalam
kerangka pemikiran dan hubuingan antar variable yang diteliti tidak usah
dicantumkan lambang-lambang variable( misal lambang x, y, z dsb., sebab baru
diturunkan dari teori, kecuali bila dalam teori atau hukum-hukum, dalil-dalil
tersebut ada lambang.
---------
*) Untuk penelitian studi kasus
(deskriptif), biasanya digunakan Pendekatan
masalah bukan kerangka
pemikiran.
(5) Pendekatan masalah (dalam peneltian deskriptif) adalah berupa
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah.
2.3.
Perumusan Hipotesis
·
Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap
masalah penelitian. Oleh sebab
itu, hipotesis harus relevan untuk menjawab maslah yang telah dirumuskan. Bila
rumusan masalahnya dua buah, maka hipotesisnya juga harus dua rumusan.
·
Hipotesis
diturunkan dari kerangka
pemikiran (yang memuat
teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, dan penemuan-penemuan terdahulu) yang harus diuji
secara empirik.
·
Hipotesis dasarnya adalah teori atau postulat, bukan
persepsi atau commonsence pribadi.
·
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun hipotesis, yaitu:
(1)
Menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
(2)
Dinyatakan dalam
kalimat deklaratif atau
pernyataan yang jelas, padat, dan spesifik. Nama tempat dan objek atau unit
yang diteliti tidak perlu dicantumkan. Perhatikan contoh hipotesis yang betul
dan salah berikut ini:
(Salah): Iklim belajar berpengaruh
positif terhadap prestasi siswa SD Cikatomas.
(Benar): Iklmi berlajar berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar.
(3)
Hipotesis
harus dapat diuji.
BAB III OBJEK DAN
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian/Subjek Penelitian (Apa, Siapa, di mana, Kapan)
·
Objek
penelitian menyangkut tentang apa yang menjadi objek kajian, yaitu memuat variabel-variabel
penelitian beserta karakteritik-karakteristik/unsur-unsur/Indikator yang akan
diteliti. Dengan kata lain, apa variebel bebas (ndependent variable), dan apa
variabel terikat (dependent variable). Selanjutnya mengemukakan siapa yang
menjadi objeknya penelitian : Apakah level individu atau organisasi. Ini
menyangkut populasi penelitian, penelitian, unit sampel penelitian. Objek
penelitian juga menyangkut dimana (tempat) penelitian itu dilakukan dan kappan
akan dilakjukan (waktu penelitian. Dalam bagian ini termasuk cara melakukan
penarikan sampel.
·
Jadi objek peniltian memuat tentang apa, siapa, dimana,
kapan.
.
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
Menurut Arikunto (2002: 108)
“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Jika akan melakukan penelitian kepada sebagian dari populasi maka
dilakukan sampling untuk memperoleh sampel yang akan dijadikan sebagai subjek
yang akan diukur.
3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian
Untuk ilmu-ilmu
social tertentu seperti manajemen, dapat digunakan beberapa metode penelitian sebagai
berikut:
1) Metode Historis, untuk
merekonstruksi kejadian
2) Metode Deskriptif atau
Survey Deskriptif, untuk menggambarkan mengapa ada fenomena itu terjadi
3) Metode Explanatoriy
atau Survey Eksplanatory/Verivikatif,
untuk menguji teori.
4) Metode Quasi Experiment,
untuk menguji atau menyelidiki kelompok perlakukan dan kelompok kontrol.
Pendekatan penelitian
meliputi :
a. Pendekatan Kualitatif atau disebut juga penelitian kualitatif
b. Pendekatan kuantitatif
atau disebut juga penelitian kuantatif.
3.4 Disain
Penelitian
Disain penelitian
merupakan tife penyelidikan yang akan dilakukan dan tergantung pada tife
masalah. Ada beberapa disain penelitian, diantaranya disain korelasional, disain
fungsional, disain kausal komparatif, disain penelitian kasus dan penelitian
lapangan, disain penelitian eksperimen dan disain peneltian tindakan (action
research).
3.5 Operasionalisasi Variabel
1.
Variabel dan hubungan Anatar Variabel
· Variabel
adalah karakteristik yang bisa
diduplikasikan ke dalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi atau indikator.
· Dilihat
dari klasifikasi pengukurannya ada dua jenis variable:
(1)
Variabel kuantitatif, yaitu variable yang keadaannya
dapat dinyatakan secara numerik.
(2)
Variabel kualitatif , yaitu variable yang keadaanya tidak
dapat dinyatakan secara numerik.
·
Dilihat
dari peran dan posisinya, ada tiga:
1) Variabel
bebas (independent variable) atau disebut juga antecedent variable, adalah variable penjelas, variable predictor/variable penentu/ variable
penduga.
2)
Variable terikat (dependent
variable), ádalah variabel kosekuensi
atau akibat,
3)
Variabel intevening
adalah variabel penghubung.
· Contoh : Model/fungsi hubungan antar variabel
Independen Intervening Dependenl
Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel
Independen, Enitervening dan Variabel Dependen
2.
Mengoperasionalisasikan Variabel
(1)
Jabarkan variabel teoritis
ke dalam konsep empirik
dan konsep analitis dalam bentuk
indikator-indikator yang terukur.
(2)
Jabarkan variabel-variabel tersebut kedalam bentuk
dimensi atau sub-variabel. Dimensi merupakan fokus/sudut pandang peneliti dari
sisi mana peneliti tertarik untuk membidik konsep variabel terebut.
(3)
Jabarkan dimensi/sub variabel tersebut dalam bentuk
indikator-indikator yang terukur dalam bentuk
skala, misalnya skala nominal,
skala ordinal, skala interval dan skala
rasio.
Ada empat macam skala pengukuran data, yaitu:
1. Skala Nominal, yaitu
skala yang didasarkan atas penggolongan atau kategori. Ada uda jenis skala
nominal, yakni:
a)
Diskrit (unik), yaitu skala
yang memiliki keistimewaan yang sangat kontras, misal: Laki-laki dan perempuan,
siang dan malam.
b)
Mutual eklusif, yaitu sama-sama
penting kedudukannya (tidak ada yang lebih penting) yang ada adalah perbedaan. Misalnya:
Islam-kristen-protestan-hindu, atau dalam pekerjaan seperti Petani, Pegawai
Negeri, Karyawan swasta, TNI/POLRI, dan
Guru.
Dalam penelitian
ekonomi dan manajemen yang menggunakan alat statistik parametrik data-data-data
yang berskala nominal, hendaknya dirubah menjadi skala ordinal dengan
menggunakan variabel dummy (dummy vriables), dengan lambang skala 1 (satu) dan
0 (nol). Misalnya:
Jika Laki-laki =1, dan perempuan =0 atau sebaliknya.
Jika Petani = 1, dan yang lainnya selain petaani = 0.
2. Skala Ordinal, yaitu suatu skala yang disusun
berdasarkan jenjang atau ranking (kurang atau lebih). Misal:
* Skala Tingkat Pendidikan :
SD = 1, SLTP = 2, SLTA= 3 Perguruan
TinggiS1= 4, PT S2= 5.
* Skala
Pengetahuan/kompetensi :
Sangat mengusai =
5, Menguasai = 4, kurang menguasai =
3, tidak menguasai = 2, sangat tidak menguasai=1.
* Sikap sikap :
Sangat setuju =
5, Setuju = 4, kurang stuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1.
* Skala
Perilaku :
Selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3,
jarang = 2, dan tidak pernah =1.
(Dalam penelitian ekonomi /manajemen yang menggunakan
alat statistik parametrik, data-data-data yang berskala ordinal, hendaknya
dirubah menjadi skala interval dengan menggunakan succesive method).
3.
Skala Interval, yaitu suatu skala yang dihasilkan dari
pengukuran yang mamiliki satuan pengukuran yang sama. Dalam skala ini nilai
angka nol (0) tidak mutlak (angka nol masih bermakna).
Misal :
* Prestasi belajar,
umur/usia, dan lain sebaginya.
4.
Skala rasio,
yaitu suatu skala yang secara kuantitatif memiliki angka nol (0) mutlak. Misal: * Pendapatan, konsumsi, investasi,
harga, suhu, dll. Indikator-indikator ini harus dapat terukur secara
empirik dan dugunakan sebagai sumber untuk membuat instrumen peneltiian.
Contoh 1:Operasionalisasi Variabel Pemberdayaan dan Produktivitas
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
|
Sub-Variabel
|
Indikator
|
Ukuran
|
Skala
|
Pemberdayaan SDM
|
•
Pemberian
Tanggung
|
•
Tanggung jawab
|
Skala
tugas lebih besar
|
Ordinal
|
(X1)
|
Jawab
|
•
Wewenang
|
Kesempatan
mengambil keputusan
|
Fandi Tjiptono
|
|
•
Kepercayaan
|
Bekerja
tanpa pengawasan
|
(2000:135)
|
|
• Komitmen
|
Tindakan
sesuai dengan ucapan
|
|
•
Penciptaan Kondisi
|
•
Kemudahan
|
Diberikan
pemahaman terlebih dulu
|
Ordinal
|
|
|
•
Fleksibel
|
Peraturan
tidak kaku
|
|
•
Melibatkan
|
•
Penghargaan
|
Mendapat
balasan atas pencapaian
|
Ordinal
|
|
|
•
Pengakuan
|
Dilibatkan
dalam kegiatan
|
|
|
•
Komunikasi
|
Mampu
menyampaikan maksud
|
Manajemen Konflik
|
•
Stimulasi Konflik
|
•
Pelibatan orang luar
|
Keterlibatan
orang di luar kelompok
|
Ordinal
|
(X2)
|
|
•
Pemberian insentif
|
Insentif
memicu persaingan
|
Veithzal Rivai
|
|
•
Ketidaksesuaian
|
Pendelegasian
tugas tak sesuai
|
(2004:514)
|
•
Pengurangan Konflik
|
•
Pengendalian Konflik
|
Pengarahan
untuk dihilangkan
|
Ordinal
|
|
|
•
Pemecahan Masalah
|
Terprediksikan
solusi
|
|
•
Penyelesaian Konflik
|
•
Dominasi/Penekanan
|
Menggunakan
otoritas pimpinan
|
Ordinal
|
|
|
•
Kompromi
|
Saling
bernegosiasi
|
|
|
•
Integratif
|
Menghilangkan
sama sekali
|
Produktivitas Kerja
|
•
Kualitas
|
•
Motivasi
|
Semangat
kerja bertambah
|
Ordinal
|
(Y)
|
|
•
Loyalitas
|
Ada
rasa terikat dengan perusahaan
|
Malayu S.P. Hasibuan
|
|
•
Kontributif
|
Nilai
tambah pada pekerjaan
|
(2003:94)
|
•
Kuantitas
|
•
Disiplin
|
Hadir
dan pulang tepat waktu
|
Ordinal
|
|
|
•
Hasil kerja
|
Sesuai
dengan yang ditargetkan
|
Contoh 2: Operasionalisasi Variabel
Variabel
|
Dimensi/Sub-variabel
|
Indikator/Ciri/unsur/sifat
|
Kemampuan Manajerial
|
a. Kemampuan/Skill Perencanaan
b. Skill pengorganisasian
c. Kemapuan Kemampuan berempati
|
a.TingkatKemampuan
merancang tujuan yang jelas.
b.TingkatKemampuan
merancang jadwal yang jelas.l
c.Kemampuan merinci program.
d.Kemampuan membuat rencana aksi
a.Kemampuan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab.
b. Kemampuan merancang struktur organiasai.
c. Kemampaun merancang Tufoksi.
d. Kemampuan semua
unsur yang ada dalam pengorganisasian
a. Selalu men ampung aspirasi.
b. Menghargai hasil karya orang lain.
|
Pelatihan
|
a. Proses Pelatihan
b.Pengalaman pelatihan
|
a. Kejelasan analisis kebutuhan.
b. Kejelasan
tujuan pelatihan
c. Ketepatan materi pelatihan
d. Ketepatan metode pelatihan
e. Ketepatan instruktur Pelatihan
a. Lamanya
pelatihan
b. Jenis pelatihan
|
Motivasi Kerja Guru
|
a.
a. Motif
Berprestasi
b. Motif berafiliasi
|
a. Jumlah guru yang memiliki Pandangan ke depan
b. Jumlah guru yang berorientasi Berorientsi hasil
c.Skala keTidk puasas terhadap hasil
d. Selalu ingin unggul
e. Tingkat Kreatif
f. Tigkat Inovatif
g. Tingkat Semangat
1. Tingkat Semangat kerja tim
2.Tingkat Semangat
bergabungan
1. Tingkat Semangat memimpin
2. Tingkat Semangat tampil beda
|
Kinerja Guru
|
1. Proses/Kualitas
|
1. Tingkat Semangat mengajar
2. Tingkat Disiplin dalam melaksanakan tugas
3. Tingkat Kreatif dalam proses
4.Tingkagt Inovatif dalam metoi
5. Loyalitas
|
|
2. Hasil/Kuantitas
|
1. Prestasi siswa
2. Capaian kurikulum
3. Ketuntasan belajar
|
Contoh 3 : Operasionalisasi Variable Iklim
Organisasi dan Komitment Organisasi
Variabel
|
Dimensi/Sub
Variabel
|
Indikator
|
Ukuran
|
Skala
|
Iklim
Organisasi (X)
iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai
kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh
anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya
|
Structure
|
Peraturan
|
Tingkat
kesesuaian peraturan
|
Ordinal
|
Prosedur
|
Tingkat
kesesuaian prosedur
|
Responsibility
|
pengawasan
|
Tingkat
pengawasan
|
pengarahan
|
Tingkat
pengarahan
|
pembimbingan
|
Tingkat
pembimbingan
|
Reward
|
Penghargaan
|
Tingkat
pemberian penghargaan
|
Peningkatan
kinerja
|
Tingkat
peningkatan kinerja, pelatihan
|
Warmth
|
Keramahan
|
Tingkat
keramahan
|
Hubungan
antar rekan kerja
|
Tingkat
hubungan antar rekan kerja
|
Support
|
Hubungan
antar pimpinan dan karyawan
|
Tingkat
hubungan antara pimpinan dan karyawan
|
Organizational
identity and loyality
|
Kebanggaan
|
Tingkat
kebanggaan selama berada dalam organisasi
|
kesetiaan
|
Tingkat
kessetiaan kepada organisasi
|
Risk
|
Pengambilan
resiko
|
Tingkat
pengambilan resiko
|
Tabel 2 Operasional Variabel Penelitian Variabel Y
Variabel
|
Dimensi/Sub
variabel
|
Indikator
|
Ukuran
|
Skala
|
Komitmen
Organisasi (Y) (Komitmen organisasi merupakan
keyakinan yang menjadi pengikat seseorang dengan organisasi tempatnya
bekerja, yang ditunjukkan dengan adanya loyalitas, keterlibatan dalam
pekerjaan dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi).
|
Affective
Commitment
|
Hubungan
Emosional
|
Tingkat
hubungan emosional terhadap organisasi
|
Ordinal
|
Identifikasi
dengan organisasi
|
Tingkat
pengetahuan tentang organisasi
|
Keterlibatan
dalam kegiatan organisasi
|
Tingkat
keterlibatan didalam organisasi
|
Continuance
Commitment
|
Kesadaran
|
Tingkat
kesadaran
|
Normative
Commitment
|
Perasaan
keterikatan
|
Tingkat
perasaan keterikatan
|
3.5 Sumber Data dan Tekni Pengumpulan Data
Ada dua sumber data, yaitu :
a.
Sumber data primer, data ini
diperoleh langsung dari semua pegawai/responden.
b.
Sumber data
sekunder, data ini diperoleh bukan dari responden akan
tetapi dari pustaka-pustaka, internet,
serta catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik
yang bersumber dari sumber internal
maupun sumber eksternal.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Interview (Wawancara)
Wawancara langsung/tanya jawab dengan para
pegawai untuk memperoleh data
mengenai masalah yang menjadi objek penelitian.
b.
Studi Dokumentasi
Mempelajari
data-data, dokumen
dan literatur
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
c.
Observasi
Pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian, sehingga memungkinkan dapat melihat objek yang
sebenarnya.
d.
Angket/kuisioner (pernyataan/daftar
pernyataan)
Sejumlah
pernyataan/pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui.
Tabel.
3.4. Tabel Kriteria Penilaian Alat Ukur
Alternatif
jawaban
|
Bobot
|
Favorabel
(+)
|
Unfavorabel
(-)
|
SS
|
5
|
1
|
S
|
4
|
2
|
KS
|
3
|
3
|
TS
|
2
|
4
|
STS
|
1
|
5
|
3.6 Rancangan Analisis
Data
Pengumpulan data atau informasi pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, maka instrument
yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu harus valid dan reliable.
a.
Pengujian Validitas
Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2008:172). Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga
korelasi antara bagian-bagian dan alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, sebagai
berikut:
r
(Riduwan, 2007 : 110)
Dimana :
r = Koefisien Korelasi
∑ X = Jumlah skor
tiap item
∑ Y = Jumlah total
skor seluruh item
N = Jumlah responden
Keputusan pengujian validitas instrument :
·
Jika rhitung ≥ rtabel berarti
valid
·
Jika rhitung ≤ rtabel berarti
tidak valid
Secara teknis pengujian instrument dengan rumus-rumus
di atas menggunakan fasilitas software SPSS 16.0 for windows.
b.
Uji Reliabilitas
Setelah menguji validitas kuesioner,
langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketetapan,
tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkap gejala
tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang
berbeda. “Suatu instrument penelitian disebut reliabel apabila instrument
tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur” (Ronny
Kountur, 2007:165). Dengan memperoleh nilai r dari uji validitas
(menunjukkan hasil indeks korelasi), maka akan diketahui ada atau tidaknya
hubungan antara dua belah instrument. Suharsimi Arikunto (2006:178) menyatakan
bahwa “Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik”. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang realibel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian
ini digunakan teknik dengan rumus Alpha Croanbach sebagai berikut :
Dimana :
r = Croanbanch Alpha (Reliabilitas Instrumen)
k = Banyaknya item angket
∑αb2 =
Jumlah varian bulir
αt2 =
Varian total
Rumus Variansnya adalah
Keterangan:
N = Jumlah peserta test
Keputusan pengujian reliabilitas instrument:
Ø Jika rhitung
> rtabel, berarti
reliabel
Ø Jika rhitung
≤ rtabel,
berarti tidak reliable
3.7
Teknik Analisis Data
Dalam
bagian ini dikemukakan tentang jenis alat statistik yang akan digunakan dan
rumusan hipotesis statistiknya. Jelaskan pula mengenai alasan mengapa alat
statistik itu digunakan, dan persyaratan apa yang harus dipenuhi dalam menggunakan
alat statistik tersebut.
3.8 Uji
Hipotesis
Ho : Tidak ada Pengaruh Iklim Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai dalam bekerja
di PT. Kujang Mas daerah operasional kota Sukabumi.
H1 : Terdapat Pengaruh Iklim Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai dalam bekerja
di PT. Kujang Mas daerah operasional kota Sukabumi.
3.8 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Bagian ini merupakan tahap
reduksi data, yaitu proses memfokuskan
dan mengabstraksikan data menjadi informasi yang bermakna.
4.1.1
Tinjauan Umum Objek penelitian
Dalam bagian ini
dikemukakan gambaran menyeluruh tentang
objek yang diteliti termasuk potensi dan
aspek-aspek yang dapat mengakses
terhadap pemecahan masalah yang akan dikaji. Bila yang dikaji
maslah-maslah manajemen, maka yang ada kaitannya dengan maanajemen saja.
4.1.2
Deskripsi Variabel yang Diteliti
Uraikan deskripsi objek/ gambaran setiap variabel
yang diteliti, dan sajikan data dalam bentuk
tabel, matrik, diagram atau
bentuk lain dan bunyikan data tersebut
dalam bentuk naratif.
4.1.3 Hasil
Uji Hipotesis
Ungkapkan hasil uji hipotesis secara
statistik, misalnya dengan mengemukakan hasil uji–t atau hasil uji lainnya. Penyajian hasil
uji statistik bisa dalam bentuk model matematik, tabel, bagan , grafis atau
diagram. Kemudian buat
kesimpulan-kesimpulan statistiknya atau kesimpulan hasil pengujian hipotesis
statistik.
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
(1) Dalam
bagian ini berisi pembahsan hasil penelitian baik secara teoritis maupun empiris, yang kemudian
disintesiskan dengan hasil penelitian terdahulu untuk mencari konvergensi dan
divergensinya. Apakah hasil penelitian tersebut menyokong keberlakuan suatu
teori, memodifikasi, atau bahkan menggugurkan teori. Dalam bagian ini merupakan proses berpikir sintesis
antara deduksi dan induksi.
(2) Kemukakan Temuan-temuan penelitian, termasuk fenomena baru yang mungkin
muncul selama penelitian, bila ada.
3.9 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
·
Harus menjawab terhadap masalah
yang dirumuskan
·
Kesimpulan harus konsisten dengan masalah yang
dirumuskan dan yang ingin dijawab, tujuan dan keguanaan penelitian, hipotesis,
hasil penlitian dan pembahasan.
·
Kesimpulan penelitian bukan
ringkasan atau inti sari tetapi merupakan kaitan logis dari konsep berpikir
deduktif ke arah general isasi.
·
Menguraikan kesimpulan
Penelitian bukan kesimpulan statistis.
5.2. Saran-saran/Implikasi Hasil Penelitian
·
Merupakan resep dalam rangka
pemecahan masalah. Oleh sebab itu, saran-saran menggambarkan kegunaan prakis
(follow up) dari implikasi hasil penelitian (dimensi aksiologis ilmu).
·
Merupakan implikasi dari
kesimpulan yang harus dapat dioperasionalkan dalam kehidupan praktis, nyata dan
bukan angan-angan atau khayalan.
·
Uraian praktis dari saran-saran
bersumber dari indikator-indikator yang diteliti, bukan di luar hasil
penelitian.
·
Harus di dasarkan pada
kesimpulan
·
Harus memberi kesempatan pada
peneliti lain yang akan mengungkapkan secara mendalam.
BAB V
PENELITIAN KUALITATIF
(1) Metode kualitatif dinamakan
metode baru karena popularitasnya belum lama. Disebut juga metode
postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Disebut
juga metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat artistik. Disebut
juga metode interpretative research.
Sedangkan metode kuantitatif dinamakan
metode tradisional, karena sudah cukup lama/mentradisi digunakan. Metode
kuantitatif disebut juga metode positifistik, karena berlandaskan pada filsafat
positisme. Disebut juga metode medtodel ilmiah/scienific, karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah, yaitu kongkrit/empiris, , objektif, terukur, rasional,
dan sistematis. Disebut juga metode discovery, karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru. Disebut kuantitatif karena data-data berupa angka-angka dan
menggunakan statistik.
(2) Metode Kualitatif diigunakan
untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah (lawannya adalah metode
experimen).
(3) Dalam metode kualitatif
instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki
wawasan dan bekal teori yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas
dan bermakna.
(4) Pengambilan sampel
sumberdata dilakukan secara purposif dan snowball.
(5) Teknik pengumpulan data bersifat
triangulasi I(gabungan), yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data
secara gabungan/simultan.
(6) Analisis data bersifat induktif/kualitatif
berdasarkan fakta -fakta yang ditemukan di lapangan kemudian dikonstruksikan
menjadi hipotesis atau teori.
(7) Hasil penelitian kualitatif
lebih bersifat makna daripada generalisasi. Dengan kata lain, penelitian
kualitatif tidak menekankan pada generaliasi, tetapi lebih menekankan pada
makna. Generalisasi dalam penelitian kualtaitf dinamakan transferability.
(8) Meode kualitatif digunakan
untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna, yaitu data yang
sebenarnya dan data pasti.
(9) Metode Kualitatif
diguanakan bila masalah masih remang-remang, sehingga peneliiti melakukan eksplorasi terhadap suatu objek.
Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.
(10) Teknik pengumpulan data
dalam peneltiian kualitatif digunakan
teknik wawancara secara mendalam in dept
interview, observasi berperan serta, dan
dokumentasi.
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Perbedaan mendasar teletak pada
aksioma, proses penelitian, dan karakteristik.
AKSIOMA DASAR
|
MET. KUANTITATIF
|
MET. KUALITATF
|
Sifat Realitas
|
Dapat diklasifikasikan, kongkrit, teramati,
terukur
|
Ganda , holistik, dinamis, hasil kontruksi dan
pemahaman.
|
Hubungan Peneliti dengan yang diteliti
|
Independen supaya terbangun objektivitas
|
Interaktif dengan sumberdata supaya memperoleh
makna.
|
Hubungan variabel
|
Sebab akibat (kausal)
X Y
|
Timbal balik
X Y
Z
|
Kemungkinan Generalisasi
|
Cenderum membuat generalisasi
|
Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks
dan waktu)
|
Peranan nilai
|
Cencerung bebas nilai
|
Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti
|
KARAKSTERISTIK
|
MET.
KUANTITATIF
|
MET. KUALITAITF
|
a.
Desain:
|
a. Spesifik, jelas, rinci.
b.Ditentukan secara mantap sejak awal.
c.Menjadi pegangan langkah demi langkah
|
a. umum
b. Fleksibel
c. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian.
|
b.
Tujuan
|
a. Menunjukkan hubungan antar
variabel.
b. Menguji teori.
c. Mencari generalisasi yang
mempunyai nilai prediktif.
|
a. Menemukan pola hubungan yang bersifat
interaktif.
b. Menemukan teori.
c. Menggambarkan realitas yang kompleks.
d. Memeperoleh pemahaman makna.
|
c.Teknik
pengumpulan data.
|
Kuesioner, observasi dan wawanara tersrukur
|
a.Participant observation.
b. In dept interview
c. Dokumentasi.
(. Triangulasi)
|
d. Instrumen
penelitian.
|
a. Test, angket, dan wawancara terstruktur.
b. Instrumen yang ditelaah terstandar.
|
a. Peneliti sebagai itsrument (human instrument)
b. Buku catatan, tape
recorder, camera, handycam dll.
|
e.
Data
|
a. Kuantitatif
b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasikan
|
a. Deskriptif kualitaitf
b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan
tindakan resnponden, dokumen dan lain-lain.
|
Hal
44/24
|
|
|
Proses Penelitian Kualitatif
1) Tahap pertama adalah tahap Orientasi atau deskripsi
dengan grand tour question. Pada tahap ini
peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.
Peneliti biasanya baru mengenal sepintas informasi yang diperolehnya . Dalam tahap deskripsi
data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas.
2) Tahap kedua adalah tahap reduksi/fokus, peneliti
mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk
memfokuskan pada masalah tertentu. Memilih data mana yang menarik, penting dan
berguna, serta baru. Kemudian data tersebut dikelompokan dalam dikategori yang
ditetapkan sebaga fokus peneltian. Misalnya dalam dunia pendidikan fokus pada
masalah PBM saja.
3)
Tahap ketiga adalah tahap
selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
menjali lebih rinci. Misalnya dalam pendidikan adalah PBM saja, maka yang lebih
rinci adalah nyengkut perencanaannya, menyangkut actionnya, menyangkut
evaluasinya, menyangkut materinya, menyangkut metodenya dsb.
(Proses Penelitian Kualittatif lihat hal 30)
1. Tahap Deskripsi: Memasuki situasi sosial: ada tempat, aktor dan situasi sosial.
Kesmpulan-penemuan : Informasi deskriptif.
2. Tahap Reduksi: Menetukan fokus :memilih diantara yang telah di deskripsikan.
Kesimpulan-penemuan :Informasi komparatif.
3. Tahap Seleksi: Mengurai fokus: Menjadi komponen yang lebih rinci.
Kesimpulan-menemukan: Informasi assosiatif.
BABA VI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Pendahuluan
a. Salah
satu pendekatan yang sedang populer untuk meningkatkan kualitas pendidikan
melalui upaya peningkatan kemampuan pembelajaran adalah melalui pemanfaatan
penelitian tindakan kelas.
b. Penelitian Tindakan Kelas
menawarkan Pendekatan dan prosedur baru yang berdampak langsung dalam bentuk perbaikan dan
peningkatan profesional guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan
mengkaji indikator-indikator berbagai keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran yang terjadi pada siswa dan proses kegiatan belajar mengajar.
c. Dengan PTK diperoleh
manfaat berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah
belajar yang dialami oleh siswa, proses pembelajaran oleh guru dan permasalahan
lain pada umumnya, seperti kesalahan-kesalahan konsep dalam mata pelajaran,
kesulitan mengajar dan lain sebagainya.
2. Pengertian
PTK
Penelitian tindakan (action research) merupakan salah satu
pendekatan baru dalam memecahkan masalah atau mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru di dunia praktis yang dilakukan secara
reflektif.
Menurut Stephen Kemis yang
dikutif oleh D. Hopkins dalam bukunya ” A Teacher’s Guide to Classroom Research’ (1993:44) penelitian
tindakan kelas adalah:
“… a form of self reflective inquiry undertaken by
participants in a social (including education)
situation in orde to improve the rationality and justice of (a) their
own social or educational practices, (b) their understanding of the practices,
and (c) the situation in which practice are
carried out “ (Marilyn Johnson, 1999:6).
Penelitian tindakan kelas
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan tugas , memperdalam
pemahaman terhadap tindakan tindakan yang dilakukannya itu , serta memperbaiki
kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
3. Karakteristik
PTK
a. An Inquiry on Practice From Within
ii.
Kegiatan PTK dipicu oleh
permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh
guru dalam PBM
iii.
PTK bersifat “practive driven and action driven “ ,
yaitu untuk memperbaiki praktek secara langsung disini-sekarang.
b. A. Collaborative Effort Between School Teacher and
Teacher Educator
iv.
PTK dapat dilakukan dengan
sistem kolaborasi (kemitraan) antara guru disekolah yang bersangkutan atau
anatara guru – dosen, atau guru antar sekolah.
v.
Kersama dalam kesejawatan
dalam keseluruhan tahapan PTK mulai dari identifikasi sampai dengan perumusan
masalah serta diagnosis keadaan , perencanaan tindakan perbaikan, pengumpulan
dan analisis data , refleksi penemuan, dan penyusunan laporan.
vi.
Permasalahan dalam PTK harus
diientifikasi secara kolaboratif . Namun
guru tetap memegang kncah pembelajaran.
vii.
Bila guru bermitra dengan
dosen, maka dosen yang dijadikan mitra tidak boleh menggiring guru yang menjadi mitranya kearah
permasalahn yang diyakini. Oleh sebab
itu, dosen berperan sebagai pemantau gagasan guru (sounding board).
c. A Refrective Practice, Made Public
viii.
Penegenalan masalah serta
upaya yang dirancangv untuk mengatasinya
dan efektivitas penerapannya dilakukan secara lebih explisit dan sistematis.
ix.
Dalam konteks ini guru PTK memegang peranan ganda, yaitu
sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas dan sebagai peneliti praksisnya
sendiri.
4. Ciri-ciri
Penelitian Tindakan Kelas PTK)
a.
Pratis dan langsung relevan
untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik, lebih empirik dalam arti bahwa
penelitian tersebut lebih mendasarkan pada observasi aktual dan data mengenai
tingkah laku, dan tidak berdasarkan pada pendapat subjektif yang didasrkan pada
pengalaman masa lampau.
c.
Fleksibel dan adaptif, membolehkan
perubahan-perubahan selama penelitian, dan mengorbankan kontrol untuk
kepentingan onthe-spot experimentation
and inovasi
d.
Meskipu n sistematis,
penelitian tindakan ketertiban ilmiah, karena validitas internal dan
eksternal adalah lemah. Tujuannya
situasional dan sampelnya terbatas tidak
representatif, dan kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kecil. Oleh sebab
itu, hasilnya walaupun berguna untuk dimensi praktis, namun secara tidak
langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.
5.
Tujuan PTK
a.
Untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan
tugasnya, karena ”improve practice here and now”.
b. Untuk memperdalam tindakan yang dilakukan , karena
memperbaiki proses PBM dan meningkatkan profesionalisasi guru.
c. Untuk memperbaiki kondisi praktek pembelajaran dan
program sekolah pada umumnya.
6.
Manfaat Peneltian
Tindakan Kelas
a. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
b. Adanya inovasi pendidikan karena guru semakin
diberdayakan dalam meningkatkan profesionalisasinya secara mandiri.
c. Membuat Guru semakin percaya diri dan lebih berani
mengambil risiko dengan mencoba hal-hal yang baru, sehingga semakin banyak
pengetahuan dan teori yang dibangunnya sendiri berdasarkan pengalaman.
d. Guru tiak mudah puas diri, sehingga guru selalu
terdorong untuk melakukan tugas dengan lebih baik.
e. Menumbuhkan inovasi pembelajaran dari bawah, karena
guru benar-benar mencari pemecahan masalah berangkat dari realitas permasalahan
yang dihayati di kelas.
f. Bermanfaat bagi perbaikan kurikulum, karena
kurikulum bisa disusun berdasarkan informasi dari lapangan.
7.
Prinsip-prinsip PTK
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh sebab itu
PTK tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru. Oleh sebab itu tidak mengganggu proses PBM.
c. Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga
guru dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesisnya.
d. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru
seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan. Karena itu, pendorong utama
PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik pada
siswa.
e. Guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian
yang tinggi terhadap etika pekerjaannya.
f. Permasalahan tidak dilihat dalam konteks kelas atau
mata pelajaran tertentu melainkan dalam konteks luas , yaitu sekolah secara
keseluruhan. Oleh sebab itu PTK sebaikknya melibatkan dua orang guru sekolah
atau lebih.
8.
Prosedur Pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan dalam bentuk
proses pengkajian bedaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan sebagai
berikut:
Gambar 5.1 Prosedur Pelaksanaan PTK
Setelah dilakukan refleksi atau
perenungan yang mencakup analisis, sisntesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan terhadap proses serta tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan
atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian , sehinga pada gilirannya
perlu dilakukan tindakan ulang dan pengatan ulang serta diikuti pula dengan refleksi
ulang. Dengan demikianlah tahap-tahap kegiatan ini terus berulang,, sampai suatu permasalahan diangap teratasi,
untuk kemudian-biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga
harus diperlakukan serupa.
Keempat fase dari suatu siklus dalam
sebuah PTK bisa digambarfkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam
gambar berikut ini:
Gambar 5.2 Spiral PTK (Hopkins, 1993 : 48)
Sumber: Hopkis, 1993. Classroom
Action Research.
9.
Tahapan Pelaksanan Tindakan Kelas
Seperti telah dikemukakan bahwa
PTK adalah [prosedur pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan.
Menurut Raka Joni (1998) ada lima tahapan pelaksanaan penelitian tindakan,
uaitu:
(1) Pengembangan fokus masalah
penelitian
(2) Perencanaan Tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan dan observasi
(4) Analisis dan refleksi
(5) Perencanaan tindakan lanjut.
1. Penetapan
Fokus Masalah Penelitian
(a) Merasakan adanya Masalah
x.
Dalam pelaksanakannya, PTK
diawali dengan msalah yang masih memerlukan perbaikan atau perubahan guna
meningkatkan mutu kinerja.
xi.
Berdasarkan masalah yang
masih kabur tersebut, guru mengidentifikasi fokus permasalahan yang masih memerlukan tindakan perbaikan.
xii.
Kemudian dilakukan dengan
pengenalan lapangan untuk memahami keadaan lapangan, jika diperlukan dilakukan
pengumpulan data awal agar dapat dirumuskan permacalahanya yang dapat dicari
alternatif pemecahannya, artinya dapat dibuat rencana perbaikan untuk mengamati
msalah tsb. Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti PTK pemula adalah:
Bagaimana memulai PTK?
xiii.
Untuk dapat memulai suatu
PTK, pertama yang harus dimiliki guru adalah adanya perasaan ketidakpuasan
terhdap praktik pembelajaran yang selama itu dilakukan. Bila guru sudah merasa
puas (meskipun sebenarnya masih banyak hambatan dalam proses itu) maka sangat sulit untuk
memunculkan masalah.
xiv.
Dituntut keberanian untuk
mengatakan secara jujur kepada diri sendiri mengenai sisi lemah yang dimiliki
dalampembelajaran di kelas. Dengan kata lain guru mamapu meenung, merefleksi,
berfikir balik terhadap apa saja yang
telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi –sisoi lemah yang ada.
xv.
Permsalahan yang diangkat
dalam PTK harus benar-benar berangkat dari msalah-masalah yang dialami dalam
praktek di kelas.
xvi.
Masalah-msasalh tersebut dapat
berpangkal/bersumber dari :
a. Siswa e. Hasil
Belajar Siswa
b. Guru f. Iklim Belajar
c. Bahan Ajar Kurikulum g. Budaya Belajar, dsb.
d. Interaksi pembelajaran
(b) Identifikasi Masalah
xvii.Dalam mengawali PTK , peneliti
dapat berangkat dari diagnosis keadaan yang bersifat umum, taitu kebutuhan
adanya sesuatu yang perlu diperbaiki. Untuk
mendorong ide-ide/pikiran –pikiran itu kita bertanya pada diri sendiri,
misalnya:
- Apa yang sedang terjadi sekarang?
- Apakah yang terjadi itu mengandung permaslahan?
- Apa yang bisa dilakukan Terhadap Permasalhan itu?
xviii.Bila pertanyaan tersebut ada dalam pemikiran
peneliti maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan,
misalnya:\
- Saya akan memperbaiki
.................................
- Berapa orang yang tidak mersa senang tengtang....
- Saya bingung oleh
..................................................
- Saya memilih gagasan untuk ..................................
- Saya memilih gagasan untuk mengujicobakan kelas saya
tentang...................................................
xix.Kriteria yang perlu
diperhatikan dalam memilih topik:
- Jangan memilih topik yang tidak dikuasi oleh guru.
- Ambilah topik yang sekalanya kecil dan terbatas.
- Pilih topik yang penting bagi guru sendiri dan
muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam aktivitas seklolahnya.
- Usahakan untuk mencoba dan bekerja secara
kolaboratif mengenai fokus penelitian.
- Kaitkan antara peneltiian kelas yang dilakukan
dengan prioritas rencana pengembangan sekolah atau tujuan sekolah.
(c) Analisis Masalah
xx.Apakah maslah itu penting dan
mendasar untuk dipecahkan ?
Misal::
Mengapa selalu bingung dalam
nejawab pertanyaan Guru? Bagaimana cara
memecahkan msalah tersebut?
xxi.Masalah itu dipecahkan dengan
terlebih dulu melaksanakan diagnosis terlebih dahulu terhadap guru sendiri
maupun terhdap siswa.
Misal:
Melalui instrosfeksi guru atau
diskusi. Mungkin pertanyaan itu tidak jelas atau terlalu panjang.
Diagnosis melalui siswa dapat
dilakukan dengan bertanya kepada mereka.
xxii.Hasil analisis masalah itu
dirumuskan dalam bentuk : Pertanyaan guru umumnya kalimatnya terlalu panjang,
cakupan jawabannya terlalu luas, terlalu sulit dan tenggang waktu yang
diberikan untuk menjawab terlalu singkat.
(d) Perumusan Masalah
xxiii.
Masalah dibatasi dan dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya.
xxiv.
Masalah yang dirumuskan harus
sudah tergambar kemungkinan penyelesaiannya , solusi pemecahannya, jenis data
yang dikumpulkan, dan cara analisisnya.
2.
Perencanaan Tindakan
3.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
4. Analisis
dan Refeksi
5. Perencanaan
Tindakan Lanjut
2. Format
Proposal PTK