Jumat, 22 Januari 2016

GURU Oleh Kahlil Gibran






Barangsiapa mahu menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

Top of Form

Whoever wants to become a teacher,
let him start his own teaching
before teaching others,
and let him teach by example before teaching by words.
For those who taught himself to justify his actions alone
more entitled to the honor and glory
than those who only teach others
and justify the actions of others.
Bottom of Form













TERIMA KASIH GURU
Oleh Sanca Boy

Kaulah pembimbingku……
Kaulah pengajarku……
Kaulah pendidikku……

Guru……
Itulah julukanmu……
Yang tak pernah bosan dalam……
Mengajar dan membimbingku

Guru……
Tanpa dirimu aku akan hancur……
Tanpa dirimu aku akan sengsara……
Tanpa dirimu aku akan sesat……

Guru……
Terima kasih……
Atas segala jasa-jasamu……





GURUKU MASA DEPANKU
KARYA PANDU DWI PANGGA
MANUSIA YANG HARUS DIGUGU DAN DITIRU
CONTOH PIGUR BAIK DAN RUPAWAN
TAK ADA ORANG YANG AKAN MENGGANGGUMU
DALAM MEMBERIKAN ILMU PENGETAHUAN
GURU
KAU SELAMANYA AKAN KU KENANG
JASAMU YANG TERINDAH SELALU ADA DALAM ILMUMU
WALAUPUN ENGKAW BERWAJAH GARANG
TETAPI DIRIMU MEMBAWA MASA DEPAN DALAM HIDUPKU

FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIAN (Bahan Perkuliahan Praktis)



           







PROGRAM PASCASARJANA 
UNIVERSITAS GALUH
2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I   ILMU PENGETAHUAN
1.1 Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
1.2 Komponen-komponen Ilmu
1.3 Struktur Ilmu Pengetahuan

BAB II  METODE PENELITIAN 
2.1 Pengertian
2.2 Pentingnya  Kegiatan Penelitian
2.3 Pendekatan Memperoleh Kebenaran
2.4 Macam-macam Metode Penelitian
2.5 Langkah-langkah Penelitian  (Proses Kegiatan Ilmiah).

BAB III  PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

3.1 Latar Belakang Masalah
3.2 Mengidentifikasi, Memilih/ Membatasi, dan Merumuskan Masalah
3.3 Tujuan Penelitian
3.4 Kegunaan Penelitian

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

4.1 Merumuskan Kerangka Pemikiran
4.2 Merumuskan Hipotesis

BAB V  VARIABEL DAN CARA PENGUKURANNYA

5.1 Variabel  Penelitian
5.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian : Variabel, dimensi (sub-variabel), indikator dan Pengukurannya.
5.3 Macam-macam Variabel Penelitian dan Hubungan antar Variabel yang Diteliti

BAB VI  OBJEK DAN METODE PENELITIAN

6.1 Objek Penelitian
6.2 Populasi Penelitian
6.3 Sampel Penelitian
6.4 Metode Penelitian

BAB VII  SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

7.1 Jenis dan Sumber Data
7.2 Teknik Pengumpulan Data : Alat dan sakala Pengukuran
7.3 Validitas dan  Reliabilitas Instrumen Penelitian

BAB VIII  ANALISIS DATA  DAN INTERPRETASI

8.1 Analisis Data
8.2 Pengujian Hipotesis
8.3 Interprestasi Hasil Penelitian

BAB IX KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

9.1 Kesimpulan Penelitian
9.2 Implikasi Penelitian

BAB X PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

10.1 Susunan / Draf Laporan Penelitian
10.2 Latar Belakang  Penelitian
10.3 Identifikasi Masalah
10.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
10.5 Kerangka Pemikiran
10.6 Asumsi/ Premis dan Postulat
10.7 Perumusan Hipotesis
10.8 Tinjauan Pustaka
10.9 Objek dan Metode Penelitian
10.10 Analisis Data dan Pembahasan
10.11 Kesimpulan, Implikasi Penelitian dan Saran-saran
10.12 Daftar Pustaka

BAB XI PENELITIAN TINDAKAN (ACTION  RESEARCH)
11.1 Pengertian Penelitian Tindakan
11.2 Cirir-Ciri Penelitian Tindakan
11.3 Tujuan Penelitian Tindakan
11.4 Manfaat Penelitian Tindakan
11.5 Karakteristik Penelitian Tindakan
11.6 Prinsip-Prinsip Penelitian  Tindakan
11.3 Langkah-Langkah dan Prosedur Penelitian Tindakan


Sumber:
  1. Kerlinger, “Resecrh Method for Social Studies”.
  2. Moleong, ”Qualitatif Research”.
  3. Sugiono, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”.
  4. Suharsimi Arikunto, “Metode Penelitian”.
  5. Bogdan, “Research Method”.














BAB I  PENDAHULUAN

1.1        Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan ialah  sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan runtut melalui metode ilmiah. Metode ilmiah atau disebut juga metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan. Prosedur atau langkah-langkah sistematis tersebut meliputi:

(1)  Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah,
(2)  Menyusun kerangka Pemikiran,
(3)  Merumuskan Hipotesis,
(4)  Menguji hipotesis, dan
(5)  Menarik kesimpulan.

Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara memperoleh dan menyususun ilmu pengetahuan.

Beda Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan terletak pada: “Pengetahuan” adalah bahan ilmu, dan baru bisa menjawab tentang apa, sedangkan “Ilmu Pengetahuan” menjawab tentang mengapa suatu kenyataan atau kejadian”.
Jadi, ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis, menggunakan metode keilmuan, dapat dipelajari dan diajarkan, dan memiliki nilai guna tertentu.

Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek, metode, dan memiliki  aspek-aspek:
(1)  Aspek Ontologis, yaitu berkenaan dengan apa yang dipelajari ilmu atau berkenaan dengan objek studi. Aspek ontologis berkenaan dengan apa yang ingin diketahui, apa yang dipikirkan atau yang menjadi masalah. Contoh : Aspek ontologis dalam ilmu ekonomi adalah perilaku manusia yang dihadapkan pada persoalan sumber daya yang terbatas, dengan kebutuhan yang tidak terbatas.

(2)  Aspek Epistimologis, berkenaan dengan bagaimana ilmu mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode tertentu, yaitu metode keilmuan atau metode ilmiah yang didukung oleh sarana berfikir ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan gabungan antara pola berpikir induktif (dari hal-hal yang khusus, dianalisis menjadi hal-hal yang umum) dan pola berpikir deduktif . (dari hal-hal yang umum kepda hal-hal yang khusus). Pola  berpikir induktif dan deduktif disebut juga proses “ Logico-hypotetico-verifikatif atau  “deducto-hypotetico-verifikatif”, yang terdiri dari langkah-langkah sebagaimana dikemukakan dalam metode keilmuan:

(1) Merumuskan masalah, (2) Menyusun kerangka berfikir (3) Merumuskan hipotesis, (4) Menguji hipotesis, dan (5) Menarik kesimpulan.
     
(3)  Aspek aksiologis, berkenaan dengan aspek gunalaksana atau manfaat ilmu. Nilai guna ilmu bisa dilihat secara positif dan normatif. Secara positif nilai guna ilmu adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi berbagai fenomena yang sesuai dengan objek studi yang dipelajari. Sedangkan secara normatif, nilai guna ilmu adalah untuk mengendalikan berbagai fenomena kearah yang dinginkan. Secara normatif aspek aksiologis ilmu erat kaitannya dengan pertimbangan nilai, etika dan moral. Dalam penelitian aspek aksilogis digambarkan dalam saran-saraan atau rekomendasi hasil penelitian.

Secaran garis besar, ilmu pengetahuan terbentuk melalui proses dan tahapan sebagai berikut:
     
(a)  Ilmu mempelajari fenomena.
(b)  Fenomena-fenomena itu diabstraksikan menjadi konsep dan variabel.
(c)   Konsep dan variabel itu dipelajari hubungannya berberntuk proporsi yang sifatnya berbentuk hipotesis-hipotesis.
(d)  Hipotesis diuji secara empirik melalui fakta.
(e)  Jalinan fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk teori. Teori-teori nilah yang merupakan ilmu.

Di atas telah dijelaskan, bahwa pokok masalah keilmuan adalah meliputi aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologis. Kegiatan ilmiah diawali dengan perumusan masalah dan   dan penyusunan kerangka berfikir yang didalamnya termasuk logika dan matematika yang kemudian menghasilkan khasanah pengetahuan ilmiah (di dalamnya termasuk teori dan hasil penelitian empiris). Dari kerangka berpikir tersebut, timbulah hipotesis untuk diuji dengan menggunakan data, analisis, teknik pengujian (statistik) dan dibuat kesimpulan statistis. Jika hipotesis tersebut diterima, maka  akan menjadi khasanah pengetahuan ilmiah dan apabila ditolak akan kembali lagi kepada penyususnan kerangka berfikir untuk diulang lagi kehipotesis sampai kesimpulan akhirnya diterima.
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah Bagan Kegiatan Ilmiah Sebagai Suatu Proses dan Metode Keilmuan  pada bagan (1.1 ) dan  (1.2) sebagai berikut  di bawah ini:









Flowchart: Off-page Connector: FILSAFAT ILMU                        (Pengetahuan Tentang Hakekat Ilmu)

                     




                                                                                                                                

DUNIA KEILMUAN



Text Box: PERUMUSAN MASALAH
 
                                           









 




Text Box: PENYUSUNAN
KERANGKA
PEMIKIRAN
Text Box: KHASANAH
PENGETAHUAN
                          
                                      Dedu ksi
                                       Kohe rensi
 

 


Right Arrow: LOGIKA
INDUKTIF
                                              
MET. ANALI
SIS DATA

 
Left Arrow: PROGRAM PENGUJIAN                                             


METODE
PENELITIAN
 
 







 




 
                                                              Dunia Abstraksi Verbal      
 
                                                       
                   Sarana
             Komunuikasi
                  Ilmiah
          BAHASA


 


GAMBAR 1.1 : KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES




 



                                                        Abs traksi


Text Box: KEHIDUPAN EKONOMI/NONEKONOMI
 



                             
                                                         Ob servasi                 Melalui Pancaindra

 



                                                                                           
                                                 Analisis deduktif             Logika matematik
                                                                                               








 









              
                                                Analisis  induktif                   Disain/Metode
                                                                                               Anaisis Data





Flowchart: Preparation: PENGUJIAN HIPOTESIS
PENGUJIAN MODEL
(DATA ANALYSIS AND RESULTS



 
                                                                          
 

DD



 









GAMBAR  1.2  METODE KEILMUAN














































 
















 

 

 

 

 

 

 





 

 

 

 

 


 

 

 

 

 


GAMBAR 1.3 HUBUNGAN METODE BERFIKIR,

SISTEMATIKA ILMIAH DAN METODE ILMIAH


Ilmu pengetahuan berkembang melalui suatu proses Scientific Research, yang diawali dengan observasi, identifikasi masalah, perumusan kerangka pemikiran, permusan hipotesis, pengujian hipotesis, penguimpulan data, analisis dan interprestasi data, dan  penarikan kesimpulan. Menurut Sekaran (2000:20), “Scientific research focus on the goal of problem solving and pursues a step-by-step logical, organized, and regiorious method to identify problems, gather data, analyze them, and draw valid conclusions therefrom”.


Perhatikanlah proses pengembangan ilmu di bawah ini:






 
























GAMBAR 1.4 PENGEMBANGAN ILMU


Fungsi ilmu, yaitu mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan. Ilmu melaksanakan fungsinya melalui teori yang dikandungnya. Teori ialah himpunan definisi, konsep dan hipotesis tentang hubungan antar variabel. Ciri utama teori, adalah mengandung makna “jika…, maka…”. Tujuan teori adalah menjelaskan dan membuat prediksi, sehingga memungkinkan untuk melakukan pengendalian.
    Sesuai dengan karakteristik ilmu, yaitu rasional, logis, objektif dan terbuka, maka seorang ilmuwan selain harus memiliki syarat-syarat:  empirisme,  rasionalisme, dan kritisme, juga harus memiliki sikap ilmiah sebagai berikut:                                               
(1)  Sikap ingin tahu, yaitu memiliki sikap bertanya atau selalu penasaran terhadap sesuatu yang gelap, yang tidak wajar, dan kesenjangan.

(2)  Skeptik, yaitu bersikap ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum kuat dasar pembuktiannya.

(3)  Kritis, yaitu cakap dalam menunjukkan batas-batas soal, mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan (divergensi) dan persamaan-persamaan (konvergensi), serta cakap menempatkan pengertian-pengertian yang tepat.

(4)  Objektif, yaitu mementingkan objektivitas (tidak memihak).

(5)  Free from etique, bahwa ilmu itu monologis, yaitu menilai apa yang benar dan apa yang salah, tetapi juga harus memperhatikan apa yang baik dan apa yang buruk bagi kemanusiaan.
     

1.2       Komponen-Komponen Ilmu
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut:
(1)  Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah.
(2)  Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau lebih.
(3)  Fenomena, yaitu gejala dan kejadian yang ditangkap dengan panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman ,perasaan, perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau simbul) yang mengandung pengertian singkat dari fenomena,
(4)  Konsep, yaitu istilah atau simbul yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.
Bila fakta yang satu mempengaruhi yang lain di sebut faktor. Hubungan antar faktor disebut proporsi. Proporsi inilah lazim disebut embrio teori. Bila sifat hubungan yang dimiliki proporsi telah diketahui, maka proporsi tersebut menjadi konsep lanjut (yang lebih tinggi dari konsep awal), yaitu menjadi teori hubungan. Bila teori itu sempat diuji berulang kali dan tetap bertahan, maka meningkat menjadi hukum atau dalil-dalil. Dalam bagan tampak sebagai berikut:

Right Arrow: TEORIRight Arrow: KONSEPRight Arrow: PROPORSIRight Arrow: FAKTORRight Arrow: FAKTARight Arrow: DALIL/
HUKUM
         




 

GAMBAR 1.5 JALINAN ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN ILMU






1.3             Struktur Ilmu Pengetahuan















Flowchart: Decision: PARADIGMA
AKSIOMA

Text Box: KONSEP DASAR













Text Box: PENGETAHUAN


 








                                                          

                                                            
                                   
                                 


















Text Box: PROSES ILMIAH









Text Box: ILMU PENGETAHUAN

Flowchart: Document: DALIL-DALIL, HUKUM-HUKUM, TEORI-TEORI








Text Box: PEDOMAN/
LANDASAN
Octagon: KEBIJAKAN/PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PEMECAHAN MASALAH




 


























GAMBAR 1.6 STRUKTUR ILMU PENGETAAHUAN






1.4       Aparatur/Kelengkapan Ilmu
Selain memiliki komponen-komponen dan struktur yang jelas, ilmu pengetahuan memiliki aparatur (kelengkapan-kelengkapan) yang jelas pula. Misalnya, kelengkapan (aparatur) struktur ilmu ekonomi dapat kita pahami dari contoh berikut ini:

1). Axioma, adalah konsep/pola dasar berpikiri. Misal dalam lmu ekonomi/manajemen aksiomannya scarcity meants, yaitu suatu ituasi dimana  terdapat kelangkaan.

2). Data  atau fakta, ada tiga, yaitu:
a.    Faktor endowment, yaitu faktor  yang dianggap lestari (tidak bisa diubah oleh ilmu itu sendiri), misal dalam ilmu ekonomi, pertumbuhan penduduk, perkembangan teknologi, iklim, dll.
b.    Variabel, yaitu setiap gejala yang bisa diukur ( ada gejala yang tidak bisa diukur misalnya selera). Dalam ilmu ekonomi, semua variabel ekonomi terukur menurjut objektivitas, realiabilitas ilmiah dan validitas ilmiah.
c.    Faktor Given, yaitu fakor-faktor yang dianggap relatif tetap. Biasanya dijadikan suatu asumsi dasar untuk keberlakuan suatu hukum, misalnya dalam ilmu ekonomi dikenal dengan sebutan caterius- varibus.

3). Metode Berfikir ( method of thinking) terdiri dari:
 (1) deduksi,
 (2) induksi, dan
 (3) sistensis.
Selain metode berfikir, ilmu ekonomi memiliki kelengkapan ilmiah lainnya,meliputi ;
(1)  Model-model Ekonomi, terdiri dari:
a)    Model fungsi, misal:  c= f(y); 
b)    Model persamaan, misal:  c = a + cYd.;
c)    Model tabel, misal: tabel distribusi pendapatan, tabel harga dan produksi;
d)    Model grafik, misal:  grafik fungsi konsumsi, grafik fungsi permintaan dan grafik fungsi biaya lainnya;
e)    Model diagram, misal: diagram lingkaran aktivitas ekonomi, diagram lingkaran kemiskinan dan lain sebagainya.
(2)  Alat berfikit ilmu ekonomi meliputi grafis, diagramatis, statistis dan matematis.
(3)  Postulat ilmu ekonomi, terdiri dari hukum dasar yang jelas baik bersifat kausalitas maupun fungsionalitas.
(4)  Teknik penalaran (method or reasioning)  ilmu ekonomi: bahwa ilmu ekonomi dapat disajikan dalam bentuk verbal, diagramatis, matematis, statistis dan grafis.

5)    Objek ilmu Ekonomi, terdiri dari; a) Cara/tindakan manusia dalam memperoleh dan menggunakan barang dan jasa yang terbatas; b) Cara mengalokasikan sumber daya; c) Cara mempelajari perilaku; d) Ilmu tentang memilih, e) ilmu tentang kemakmuran.

6)    Fungsi ilmu ekonomi adalah (a) Menjelaskan , memprediksi dan mendeskripsikan tentang cara mencapai kemakmuran dan keadilan; (b) Menjelaskan dan mendeskripsikan cara memcahkan semua problematika ekonomi baik secara etis maupun etis.

7)    Problem ekonomi adalah sumberdaya yang terbatas sedangkan kebutuhan manusia tida terbatas.


BAB II KEGIATAN ILMIAH

2.1  Pentingnya Penelitian

Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan asspek penting bagi kehidupan suatu manusaia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan  sebagai berikut:

(1)  Tuntutan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia selalu berusaha untuk mencoba menemukan, menghasilkan, dan menerapkan berbagai pengetahuannya termasuk penemuan dibidang teknologi dan inovasi.

(2)  Penemuan dibidang teknologi dan inovasi  telah mendorong para ilmuwan untuk terus meneliti, mengembangkan penemuan-penemuannya.

(3)  Selain didorong oleh rasa ingin tahu, para peneliti juga didorong oleh adanya tuntutan praktis di lapangan.
Eskalasi perkembangan tuntutan praktis dengan jelas tidak lepas dari invensi dan  inovasi, serta kegiatan penelitian yang terus menerus. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong invensi-invensi-invensi.  Inivensi-invensi inilah yang mendorong perkembangan inovasi dan telah  menjadikan suatu bangsa semakin maju dan berkembang. Invensi-invensi (penemuan baru) timbul karena adanya dorongan untuk mengadakan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian-penelitian ilmiah itulah yang didorong oleh keingintahuan dan tuntutan praktis.


2.2   Pendekatan Untuk Memeperoleh Kebenaran

Filsafat ilmu merupakan pengetahuan tentang hakikat kebenaran suatu ilmu. Filsafat mempelajari akal budi manusia, yang salah satu cirinya adalah selalu ingin tahu terhadap berbagai hal dan persoalan yang belum diketahui dan difahaminya. Karena dorongan ingin tahu itulah, maka manusia selalu mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan, seperti apa (what), mengapa (why), dan bagaimana (how).

Untuk memperoleh jawaban dan kebenaran dari berbagai pertanyaan tersebut di atas,  ada tiga cara atau pendekatan yang lazim digunakan, yaitu:

(1)  Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Wahyu.
Kebenaran  yang didasarkan pada wahyu merupakan kebenaran mutlak (absolut), karena didasari oleh keyakinan  dan kepercayaan. Kebenaran kitab suci ( misalnya Al-quran) bagi umat islam merupakan wahyu dari Allah  yang  kebenarannya mutlak. Karena kebenaran itu mutlak, maka kebenaran tersebut tidak perlu dipertanyakan dan diuji lagi. Misalnya, Allah itu ada, Esa, adil dan maha penguasa alam semesta.

(2)  Penemuan Kebenaran Melalui Pendekatan Non-Ilmiah. Peneman kebanaran pengetahuan tidak selalu melalui prosedur dan proses ilmiah, tetapi juga bisa lelui pendekatan non-ilmiah.  Pendekatan kebenaran non-ilmiah diperoleh melalui akal sehat, kebetulan, intuitif, trial and error, otoritas dan kewibawaan.
a. Penemuan kebenaran melalui pendekatan akal sehat, Pendekatan ini biasanya kurang dapat diterima sebagai kebenaran ilmiah. Hal tersebut menurut  Kerlinger (1992 : 4-8) disebabkan: (a) Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep dalam pengertian yang longgar; (b) Hasil pengujian hipotesis secara selektif karena semata-mata cocok dengan hipotesisnya; (c) Kurang memperhatikan kendali atau kontrol terhadap sumber-sumber pengaruh di luar yang dipersoalkan; (d) Dalam menjelaskan hubungan antar fenomenaa-fenomena tidak begitu tajam dan kurang hati hati. Kebenaran yang diperoleh melalui akal sehat biasanya ditemukan dan digunakan dalam kehidupan praktis. Misalnya, kebenaran tentang pengaruh pendapatan seseorang terhadap tingkat konsumsinya.

B.Penemuan kebenaran melalui pendekatan kebetulan
Penemuan kebenaran melalui pendekatan kebetulan bukanlah kebenaran yang diperoleh secara ilmiah, tetapi memang secara kebetulan menemukan, misalnya penemuan obat sakit malaria (pohon kina), yang secara kebetulan. Penemuan pohon kina sebagai obat malaria sebagai kebenaran telah diterima oleh kalangan masyarakat termsuk masyarakat ilmiah.

C. Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error dilakkukan oleh manusia secara aktif dengan cara mengulang-ulang pekerjaannya sampai ditemukan suatu kebenaran tertentu. Dalam melakukan pekerjaan ini, manusia melakukan kegiatan tanpa adanya suatu tuntunan atau pedoman sistematis seperti pada penelitian ilmiah, tetapi secara untung-untungan menemukan kebenaran tertentu, misalnya seseorang yang menemukan cara mengajar yang paling efektif karena ia telah mengajar secara terus menerus.
D.Penemuan kebenaran melalui pendekatan intuitif,
Penemuan kebenaran melalui pendekatan intukitif diperoleh melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir ilmiah. Penemuan kebenaran ini pada umumnya diperoleh sangat cepat. Misalnya, penemuan kebenaran.

E.Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan,
Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan muncul dari pernyataan-pernyataan mereka yang memegang otoritas atau yang memiliki kewibawaan tertentu, misalnya pernyataan dari seorang ilmuwan dalam suatu forum ilmiah atau pernyataan seseorang yang menjadi kunci dalam kelompok tertentu. Pernyatan –pernyataan mereka diterima begitu saja tanpadiuji terlebih dahulu.

(3)  Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Ilmiah
Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Ilmiah, yaitu kebenaran yang diperoleh dari proses berfikir dan prosesdur ilmiah seperti telah dikemukakan di bagian terdahulu, yaitu diawali dengan merumuskan masalah, merumuskan kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.

Dalam penemuan kebenaran melalui metode ilmiah, ada beberapa  kriteria metode ilmiah yang harus diperhatikan, diantaranya :1) Berdasarkan fakta, 2) Pertimbangan objektif, 3) Sifatnya kuantitatif dan kualitatif, 4) Logika deduktif–hypotetik, 5) Logika hipotetik-generalisasi.

Selain kriteria di atas, ada prinsip-prinsip kegiatan penelitian yang harus diperhatikan, yaitu:
a.    Kegiatan penelitian merupakan usaha sadar memalui proses berfikir ilmiah dalam mencari kebenaran.
b.    Kegiatan peneltian harus dilakukan secara hati-hati melalui prosedur kerja yang teratur, sistematis dan terkontrol sehingga kondisi ini akan menumbuhkan keyakinan kritis mengenai hasil penelitian.
c.     Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan yang mengkaitkan antara penalaran dan empiris atau atara teori , konsep, ilmu pengetahuan dengan empiris (kenyataan).
d.     Kegiatan Penelitian harus memperhatikan beberapa nilai seperti netralitas, emosiaonal, universalisme, keterbukaan, kemandirian, dan kekuatannya terletak pada argumen.




 























GAMBAR 2.1  MODEL PENELITIAN









2.3   Macam-Macam Bentuk Penelitian
Pada umumnya penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu penelitian menurut sifat masalahnya dan  menurut tujuannya.
2.3.1     Menurut  sifat masalahnya (Dirjen Dikti, 1981):
(1)  Penelitian Historis; bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau, secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan yang akurat.
Contoh:   *  Studi tentang Praktek Bawon di Pulau Jawa.
(2)  Penelitian Deskriptif; bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Apabila, diambil beberapa sampelnya saja, diseebut survey deskriptif.
Contoh:
  *  Studi tentang kebutuhan pendidikan keterampilan di Daerah X.
  *  Survey Pendapat Umum Tentang Sikap Berhemat Masyarakat.
  *  Penelitian Tentang Daya Serap Siswa SMA dalam Pelajaran X.

(3)  Penelitian Perkembangan (Development Research); bertujuan untuk menyelidiki pola urutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Contoh:
* Studi Longitudinal Pertumbuhan yang Mengukur Sifat-sifat Perubahan X.
*  Studi Cross-sectional Tentang Sifat-sifat Pertumbuhan X
*  Studi Kecenderungan Tentang Pola-pola Perubahan X.

(4)  Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research); bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: Individu, kelompok dan masyarakat. Penelitian ini cirinya bersifat mendalam tentang suatu unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisisir.
Contoh:
*  Studi Kasus yang dilakukan Piaget tentang Perkembangan Kognitif pada Anak-anak
*   Studi Kasus tentang Pola Konsumsi Masyarakat Kota dan Pola-pola Kehidupannya.
*    Studi Lapangan yang tentang Kelompok Masyarakat Terpencil.

(5)  Penelitian Eksperimen; bertujuan utnuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada suatu atau lebih kondisi perlakukan dan membandingkan hasilnya dengan suatu atau lebih kelompok kontrol.
Contoh: * Eksperimen tentyang gejala-gejala alam

(6)  Penelitian Korelasional,  bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktorberkaitan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
  Contoh:  * Studi tentang Hubungan antara Pola Belajar dengan Prestasi Belajar.
(7)  Penelitian Kausal Komparatif, bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
Contoh:*Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan  efisisensi perusahaan.

(8)  Penelitian Tindakan (action research), yaitu bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keteraampilan baru atau cara-cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan cara penerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Contoh:
* Penelitian tentang Program “Inservice-Training” untuk melatih para    Penyluh Pertanian Lapangan.
(4)                                                       * Penelitian Tindakan Kelas oleh Guru-Guru di SMA

2.3.2     Berdasarkan Tujuannya (Rusidi, 1991):
(1)  Penelitian Penjajagan (Eksploratif), yaitu penelitian yang masih terbuka dan masih mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat (UCS). Penelitian ini biasanya  belum memiliki hipotesis dan kerangka pemikiran. Untuk mengalirkan fikiran peneliti, biasanya digunakan pendekatan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian, bukan kerangka pemikiran.

(2)  Penelitian Penjelasan  (Eksplanatory) atau Confirmatory) , yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran terlebih dahulu , kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

(3)  Penelitian Deskriptif  (Dvelopmental), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu, dan untuk  mendeskripsikan fenomena tertentu secara terperinci (Masri Singarimbun, 1982). Penelitian ini biasanya tanpa menggunakan hipotesis yang dirumuskan secara ketat, tetapi adakalanya ada yang menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik.

2.3.3 Menurut Pendekatannya (Masri Singarimbun (1982):
(1) Penelitian Eksperimen
(2) Penelitian Evaluasi
(3) Penelitian Grounded Research
(4) Analisis data Sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah cara sistematis untuk menyususn ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.

3.1 Macam-macam Metode Penelitian
      Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan pendekatannya ada empat macam metode penelitian :

(1)  Metode Eksperimen(Mengujicobakan), adalah penelitian untuk menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol. Penelitian eksperimenadalah untuk menguji hi[potesis yang dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk bidang yang berssifat eksak. Sedangkan untuk bidang sosaial bisanya digunakan metode survey eksplanatory, metode deskriptif, dan historis.

(2)  Metode Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudaah digariskan itu tercapai atau sesuaai atau cocok ddengan  harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan daari penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna menyususn teori baru dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Lebih mutaakhirnya, metode verifikasi berkembang menjadi grounded research, yaitu metode yang menyajikan suatu pendekatan baru, dengan data sebagai sumber teori (teori berdasarkan data).

(3)  Metode Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, mengaanalisis data dan menginterprestasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.

(4)  Metode Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau. Dalam penerapannya, metode ini dapat dilakkan dengan suatu bentuk studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik. Penelitian historis bertujuan untuk menemukan generaalisasi dan membuat rekontruksi masa lampau, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan  bukti-bukti untuk enegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan yang kuat.


3.2 Langkah-langkah Penelitian (Proses Kegiatan Ilmiah)
























 































]



 











GAMBAR 3.1 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUANTITATIF








1.    Mengidentikasi, Memilih dan merumuskan Masalah

1.1 Mengidentifikasi Masalah
(1) Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan dan menarik untuk diteliti.
(2) Masalah dapat dicari melalui Pancaindera, yaitu pengamatan, pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.
(3). Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein , yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan. Masalah berkaitan dengan suatu kondisi yang mengancam, mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. “A problem as any situation where a gap exist between the actual and the desired ideal state (Sekaran, 1992).

1.2 Sumber Masalah
 Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
(1)  Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
(2)  Seminar, diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
(3)  Pernyataan pemegang otoritas
(4)  Pengamatan sepintas
(5)  Pengalaman pribadi
(6)  Perasaan intuitif.


1.3 Memilih Masalah/Pembatasan
Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah, dan tidak semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan pemilihan/pembatasan masalah.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah:

(1)  Masalaha tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti, tergantung pada :
* Ada/tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya teori yang relevan dengan itu ,
* Ada/tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah praktis.

(2)  Managebility,yaitu Cukup dana, cukup waktu, cukup alat, cukup bekal kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang diperlukan.



1.4 Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifkasi dan dipilih/dibatasi, selanjutnya masalah tersebut hendaknya:
(1) Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan jelas.
(2) Memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.
Contoh:
*  Apakah diversifikasi usaha lebih lebih berhasil daripada intensifikasi usaha?
* Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja karyawan?

2. Penyususnan  Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir  yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti menduduk-perkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical framework) atau disebut juga proses deduktif.
Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal berkut ini:
(1)  Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang relevan untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut berasal dari acuan umum yaitu dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, monografh dan sejeneisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik  dari laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kriteria sumber bacaan adalah prinsip kemutakhiran (recency) dan relevansi. Menurut Rusidi (1993), tahap penguraian teori yang menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap conceptioning.

(2)  Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi tersebut, lakukan perincian analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang terdahulu dilakukan pemaduan (sistesis) dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi itu dilakukan secara iteratif, sehingga dihasilkan jawaban yang paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.

3. Perumusan Hipotesis
·         Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang jawabannya harus diuji.
·         Hipotesis dirangkum atau diturunkan dari kerangka pemikiran/kesimpulan teoritis.
·         Ada dua jenis hipotesis:
(1) Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang menunjukan pemaknaan suatu konsep dari sautu teori.
(2) Hipotesis eksplanatif/verivikatif, yaitu hipotesis yang mengubungkan atau mempertautkan dua veriabel atau lebih untuk diuji.

·         Hipotesis eksplanatif/verifikatif hendaknya menyatakan pertauatan dua variabel atau lebih.
·          Hipoteis dinyatakan dalam kalimat deklaratif/pernyataan yang jelas, padat dan spesifik.
·         Harus teruji/dapat diuji.


4. Menguji Hipotesis Secara Empirik

(1)  Menguji dengan alat statistik inverensial dan statistik deskriftif, untuk membuktikan apakah teori-teori tersebut teruji secara meyakinkan (significant) atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara empirik (Penelitian Kuantitatif).

(2)  Menguji dengan tanpa statistis untuk mencari pemaknaan (Penelitian Kualitatif).
























KOMPONENDAN SISTEMATIKA  PENULISAN SKRIPSI/TESIS

Dalam penulisan Skrips/Tesis ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan, antara lain:

(1) HALAMAN JUDUL
(2) LEMBAR PENGESAHAN
(3) PERNYATAAN
(4) ABSTRAC
(5) ABSTRAK
(6) KATA PENGANTAR
(7) DAFTAR ISI
(8) DAFTAR TABEL
(9)  DAFTAR GAMBAR

BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
   
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS/PENDEKATAN MASALAH*)
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3  Hipotesis/ Pendekatan Masalah*)
  
BAB III  OBJEK DAN METODE PENELITIAN
     3.1   Objek Penelitian
    3.2 Metode  dan Disain Penelitian
           3.3 Operasionalisasi Variabel/Lanagkah-langkah Penelitian*)
           3.4 Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data
           3.5 Teknik Pengolahan Data
  
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.        Hasil Penelitian
4.1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian
4.1.2 Deskripsi Variabel Yang Diselidiki/Aspek-aspek yang Diteliti*)
4.1.3 Hasil Pengujian / Hasil Penelitian dan Pemaknaan
            4.2 Pembahasan
  
BAB V KES IMPULAN DAN SARAN
            5.1 Kesimpulan
            5.2 Saran-saran/ Implikasi Manajerial
  
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
 HALAMAN JUDUL
(1) Halam  judul  memuat   Nomor Daftar  Program,  Judul   Skripsi/Tesis, Tulisan Skripsi/Tesis,  Tujuan Penulisan,  Nama dan Nomor Induk  Mahasiswa,Logo Universitas,   Nama  Program  Studi , Nama  Universitas, dan  Tahun   Penulisan.
(2) Judul Skripsi/Tesis minimal mengandung  satu variabel anteseden (indevendent) dan satu variabel konsekuensi (dependent), yang dirumuskan dalam kalimat pernyataan  secara jelas dan ringkas( maksimal 10 kata) (lihat  contoh format).
     
LEMBAR PENGESAHAN
Memuat tentang Judul Skripsi/Tesis, Tanggal Pengesahan,  Nama dan NIP Komisi Pembimbing I dan Pembimbing II,  Nama dan NIP Ketua Program,  Nama  dan NIRM Mahasiswa  (lihat contoh format).

ABSTRAK

Memuat tentang Judul Skripsi/Tesis,  Nama Mahasiswa,   Topik /masalah  yang  diteliti,       objek penelitian,  metode,  dan hasil penelitian.
(1)      Abstrak ditulis satu setengah spasi maksimal 1/2-3/4 halaman.
(2)   Abstrac harus diterjemahkan kedalam bahasa Inggris

KATA PENGANTAR
(1)     Berisi  ucapan syukur kepada Tuhan YME, dan uraian yang mengantarkaan para pembaca skripsi kepada permaslahan/topik yang diteliti.
(2)     Memuat ucapan terimakasih  dan  penghargaan kepada yang telah  berjasa membantu penyelesaian studi dan penulisan Skripsi/Tesis, yaitu:
b.      Pimpinan/Ketua/Rektor Universitas
c.      Direktur/Dekan/Ketua Program
d.      Komisi Pembimbing I dan II.
e.      Dosen serta staf  TU Program Pascasarjana
f.        Pemegang otoritas objek yang diteliti
g.      Orang Tua dan Keluarga Peneliti
h.      Kerabat/teman dekat yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR ISI
Terdiri dari komponen dan susunan  seperti dalam contoh  Format pada lampiran        
    
DAFTAR TABEL
      Nomor dan  nama  tabel  disusun   sesuai  dengan  nomor urut tabel dan halaman, serta Bab dimana tabel itu dimuat

DAFTAR GAMBAR
Nomor  dan  Nama  Gambar  disusun   sesuai   dengan nomor urutan gambar dan halaman dimana gambar tersebut dimuat.



BAB  I PENDAHULUAN
         1.1 Latar Belakang Penelitian
(1)   Pada  bagian  ini mensinyalir tentang adanya suatu gejala/masalah yang kemudian diuraikan  tentang topik atau masalah yang  menjadi issu sentral     penelitian  atau  gejala  penelitian  sebagai  informasi  awal untuk diteliti. Informasi awal tersebut harus berdasarkan  fakta-fakta atau  data-data bukan ”commonsence pribadi” . Data-data tersebut bisa berasal  dari hasil   pra-penelitian, atau dari Biro Pusat Statistik atau badan resmi lainnya,  atau  informasi  yang  berasal dari referensi ilmiah, seperti jurnal, hasil-hasil penelitian sebelumnya, seminar, lokakarya,  pendapat  pemegang  otoritas, dan  instuisi  atau pengalaman pribadi. Informasi awal tersebut,  sebutkan sumber referensinya. Data-data, fakta-fakta, dan referensi lainnya harus ada dalam latar belakang penelitian untuk menunjukan bahwa gejala atau fenomena itu disinyalir ada memang berdasarkan fakta, pengalaman dan referensi yang ditangkap dengan panca indera bukan khayalan atau bukan persepsi atau commonsence pribadi penulis yang tanpa fakta dan bukan uraian kajian pustaka).
Misalnya:
a.    Berdasarkan pengamatan/observasi awal atau laporan hasil survey pendahuluan:  Ada data yang menunjukkan produktivitas karyawan atau prestasi siswa menurun dari tahun ketahun.
b.    Ketika seminar pendidikan: Dilontarkan tentang kurangnya  minat siswa ke sekolah kejuruan .
c.     Berdasarkan pengalaman: kurangnya tingkat kepuasan dalam bekerja.
.
(2)  Memuat tentang  mengapa kejadian atau gejala itu  dianggap masalah dan mengapa urgen/penting diteliti, dan apa dampaknya apabila masalah ini dibiarkan, apakah mengancam, mengganggu, menghambat dan menyulitkan sehingga menimbulkan kesenjangan. Termasuk implikasi masalah terhadap berbagai aspek. Dengan kata lain memperlihatkan kompleksita snya masalah.
Misalnya:
a.    Akibat prestasi siswa yang menurun tersebut tidak diatasi , maka akan menyulitkan bagi  sekolah untuk meningkatakan kualitas pendidikan. Selain dapat menurunkan kualitas pendidikan,turunnya prestasi siswa juga akan menyulitkan para orang tua siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, tentu saja akan mengancam terjadinya penurunan minat siiswa untuk mendaptar, dan kepercayaan masyarakat menjadi berkurang kepada sekolah tersebut. 
b.    Bila minat kesekolah kejuruan menurun, maka penyediataan tenaga ahli menengah menjadi kurang, sektor produktif menjadi rendah, dan menyulitkan penempatan tenaga kerja.
c.     Jika perkembangan sekolah tidak meningkat, maka citra sekolah akan menurun, jumlah siswa sedikit, sekolah kekurangan siswa dan sulit dalam pengelolaan.

(3)  Menguraikan bagaimana masalah tersebut seharusnya dipecahkan (pendekatan pemecahan masalah): biasanya mengguakan beberapa pendekatan teoritis dan kebijakan lainnya.
Misal: Untuk mengatasi permasalahan rendahnya prestasi siswa tersebut secara teoritis sudah ada penentunya, seperti kualifikasi guru, fasilitas, dan iklim belajar. Bahkan pemerintah telah melakukan langkah-langkah kebijakan melalui Bantuan BOS (Biaya Operasi Sekoilah)dll.

(4)  Urgensi masalah, yaitu untuk mengatasi apa masalah ini dipecahkan dan diteliti, dan apa manfaat hasil penelitian ini bagi kehidupan praktis dan  perkembangan ilmu pengetahuan.
Misalnya:
Masalah ini sangat penting untuk diatasi supaya prestasi siswa  menjadi meningkat. Bagi kepentingan praktis khususnya sekolah, penelitian ini sangat penting terutama untuk mengatasi permasalahan rendahya prestasi belajar dan mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

1.2 Identifikasi   dan Perumusan Masalah
(1) Dalam bagian ini, mula-mula kemukakan semua faktor atau variabel yang teridentifikasi menyebabkan terjadinya suatu masalah  berdasarkan referensi (literatur) atau hasil penelitian tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan msalah pokok tersebut tentu saja yang masih bermasalah. Tentu saja banyak faktor  penyebabnya, tetapi  yang diidentifikasi adalah faktor-faktor dan masalah masalah  yang  terjangkau dan  dikuasai peneliti saja.
     Misalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa rendah dan masih bermasalah tersebut diantaranya kualifikasi guru yang rendah, fasilitas belajar yang kurang, budaya akademik yang kurang kondusif, partisipasi orang tua siswa yang rendah, lingkungan belajaryang tidak kondusif, pendanaan sekolah yang kurang, dan lain-lain.

(2) Apabila  semua  faktor yang  menyebabkan   terjadinya masalah  tersebut sudah teridentifikasi (terdeteksi), kemudian  pilihlah beberapa faktor yang  terjangkau  oleh   kemampuan  ilmu   peneliti  dan  menarik untuk diteliti (tahap inilah yang disebut tahap pembatasan masalah). Misal, yang menyebabkan prestasi rendah di atas ada sepuluh faktor, maka pilih saja dua faktor yaitu faktor iklim belajar dan budaya akademik.

(3)  Setelah beberapa faktor tersebut dipilih (dibatasi) untuk diteliti, kemudian masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya (?) yang opera sional, terukur, observable, padat, jelas dan tegas.
Misalnya :
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa, di antaranya fasilitas belajar, kemampuan guru, budaya sekolah, iklim pembelajaran, kemampuan manajerial kepala sekolah, dsb. (Jam’an, 2008: 2). Dari berbagai factor yang mempengaruhi prestasi siwa, penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang iklim belajar dan budaya akademik. Persoalan ini cukup menantang dan sangat menarik untuk diteliti, karena selain belum ada yang meneliti masalah ini cukup aktual dan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu pertanyaan yang ingin di atasi adalah:
(a)  Sejauhmana pengaruh iklim belajar terhadap prestasi belajar?
(b) Apakah budaya akademik berpengaruh terhadap prestasi siswa?

1.3 Tujuan  dan Kegunaan Penelitian
   (1) Tujuan Penelitian
      Tujuan   penelitian   merupakan   pernyataan   mengenai   apa   yang akan       dihasilkan  atau  dicapai oleh peneliti. Misalnya: Untuk mengevaluasi pengaruh, untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan, dan lain sebagainya  tergantung  jenis  penelitian dan  masalah  yang akan  diteliti. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus konsisten  dengan  masalah   yang   telah dirumuskan.

(2)      Kegunaan Penelitian
Kegunaan  penelitian  berkenaan  dengan  manfaat ilmiah dan praktis dari        hasil penelitian
 2.1 Kegunaan Ilmiah (Teoritis), yaitu untuk memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Misalnya; Untuk memberikan sumbangan pemikiran atau menambah informasi bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan dan sebagainya.

       2.2 Kegunaan Praktis,   yaitu  kegunaan   penelitian   bagi  dunia  praktis dilapangan, misalnya untuk mengatasi persoalan menurunya  prestasi belajar.


BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS/PENDEKATAN MASALAH *)
    
        Pada   bagian  ini  ada  tiga sub-bagian , yaitu:
        2.1 Kajian Pustaka
·         Diuraikan  konsep-konsep,   penjelasan yang berhubungan dengan unsur-unsur/indikator-indikator/ciri-ciri/sifat-sifat dari suatu variabel yang akan diteliti,   teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil yang ada hubungannya dengan variabel yang diteliti berdasarkan referensi  kepustakaan yang mendukung. Kutipan kajian pustaka bisa dikutip penuh atau hasil dari kristalisasi penulis.
·         Disamping hasil teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum dalam bagian ini juga berisi hasil kajian empirik dari hasil-hasil  penelitian terdahulu yang relevan  untuk disintesiskan dengan teori-teori yang ada.  Hindari teori-teori dan  hasil-hasil      penelitian yang berkontribusi kecil.

    2.2  Kerangka Pemikiran/Pendekatan Masalah *)
 (1) Kerangka   pemikiran   merupakan   uraian   tentang   bagaimana  peneliti  mengalirkan jalan pikiran  secara logis  dalam  rangka mecahkan masalah yang telah dirumuskan. 
       
(2) Dalam kerangka pemikiran diuraikan polapikir peneliti, dalil-dalil hukum   hukum, kaidah-kaidah,  dan  ketentuan-ketentuan  dari  kepustakaan,  dan  generalisasi-generalisasi  dari hasil penelitian terdahulu,  kemudian  tarik benang merahnya  menurut  jalan pikiran peneliti,  sehingga  membentuk           model alur berpikir. Sebaiknya, dalam kerangka pemikiran ini  ada suatu grand theory yang membantu menjawab permasalahan. Sumber bacaan dan hasil penelitian yang  dipilih harus yang mutakhir dan relevan.
(3) Tariklah benang merah dari terori-teori tersebut untuk dibuat suatu model/ bagan penelitian yang menggambarkan hubungan antara konsep yang ada dalam teori, sehingga membentuk alur hubungan antar klonsep yang merupakan benang merah dari teori-teori .







 









Gambar 4.1 Hubungan Antar Variabel

(4) Hubungan/bagan/model alur peneltiian ini untuk memudahkan menyusun hipotesis. Dalam kerangka pemikiran dan hubuingan antar variable yang diteliti tidak usah dicantumkan lambang-lambang variable( misal lambang x, y, z dsb., sebab baru diturunkan dari teori, kecuali bila dalam teori atau hukum-hukum, dalil-dalil tersebut ada lambang.
---------
       *) Untuk penelitian studi kasus (deskriptif), biasanya digunakan Pendekatan       masalah bukan kerangka pemikiran.
(5) Pendekatan masalah (dalam peneltian deskriptif) adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah.

2.3.  Perumusan Hipotesis
·         Hipotesis   merupakan   jawaban   sementara  terhadap  masalah   penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis harus relevan untuk menjawab maslah yang telah dirumuskan. Bila rumusan masalahnya dua buah, maka hipotesisnya juga harus dua rumusan.
·         Hipotesis  diturunkan   dari   kerangka   pemikiran (yang memuat  teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, dan penemuan-penemuan terdahulu) yang  harus diuji  secara empirik.
·         Hipotesis dasarnya adalah teori atau postulat, bukan persepsi atau commonsence pribadi.
·         Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun hipotesis, yaitu:
(1)  Menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
(2)  Dinyatakan dalam  kalimat  deklaratif atau pernyataan yang jelas,  padat,  dan spesifik. Nama tempat dan objek atau unit yang diteliti tidak perlu dicantumkan. Perhatikan contoh hipotesis yang betul dan salah berikut ini:
(Salah): Iklim belajar berpengaruh positif terhadap prestasi siswa SD Cikatomas.
(Benar): Iklmi berlajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
(3)  Hipotesis harus dapat diuji.

BAB  III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian/Subjek Penelitian (Apa, Siapa, di mana, Kapan)
·         Objek penelitian menyangkut tentang apa yang menjadi objek kajian, yaitu memuat variabel-variabel penelitian beserta karakteritik-karakteristik/unsur-unsur/Indikator yang akan diteliti. Dengan kata lain, apa variebel bebas (ndependent variable), dan apa variabel terikat (dependent variable). Selanjutnya mengemukakan siapa yang menjadi objeknya penelitian : Apakah level individu atau organisasi. Ini menyangkut populasi penelitian, penelitian, unit sampel penelitian. Objek penelitian juga menyangkut dimana (tempat) penelitian itu dilakukan dan kappan akan dilakjukan (waktu penelitian. Dalam bagian ini termasuk cara melakukan penarikan sampel.
·         Jadi objek peniltian memuat tentang apa, siapa, dimana, kapan.
.
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Arikunto (2002: 108) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.  Jika akan melakukan penelitian kepada sebagian dari populasi maka dilakukan sampling untuk memperoleh sampel yang akan dijadikan sebagai subjek yang akan diukur.

3.3  Metode  dan Pendekatan Penelitian
Untuk ilmu-ilmu social tertentu seperti manajemen, dapat digunakan beberapa metode penelitian sebagai berikut:
1)  Metode Historis, untuk merekonstruksi kejadian
2)  Metode Deskriptif atau Survey Deskriptif, untuk menggambarkan mengapa ada fenomena itu terjadi
3)  Metode Explanatoriy atau  Survey Eksplanatory/Verivikatif, untuk menguji teori.
4)  Metode Quasi Experiment, untuk menguji atau menyelidiki kelompok perlakukan dan kelompok kontrol.

Pendekatan penelitian meliputi :
a. Pendekatan Kualitatif  atau disebut juga penelitian kualitatif
b. Pendekatan kuantitatif atau disebut juga penelitian kuantatif.

3.4  Disain Penelitian
Disain penelitian merupakan tife penyelidikan yang akan dilakukan dan tergantung pada tife masalah. Ada beberapa disain penelitian, diantaranya disain korelasional, disain fungsional, disain kausal komparatif, disain penelitian kasus dan penelitian lapangan, disain penelitian eksperimen dan disain peneltian tindakan (action research).


3.5 Operasionalisasi Variabel
1.    Variabel dan hubungan Anatar Variabel
·   Variabel adalah  karakteristik yang bisa diduplikasikan ke dalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi atau indikator.
·   Dilihat dari klasifikasi pengukurannya ada dua jenis variable:
(1)  Variabel kuantitatif, yaitu variable yang keadaannya dapat dinyatakan secara numerik.
(2)  Variabel kualitatif , yaitu variable yang keadaanya tidak dapat dinyatakan secara numerik.

·   Dilihat dari peran dan posisinya, ada tiga:
1)    Variabel bebas (independent variable) atau disebut juga antecedent  variable, adalah variable penjelas, variable predictor/variable penentu/ variable penduga.
2)    Variable terikat (dependent variable), ádalah variabel kosekuensi atau akibat,
3)    Variabel intevening adalah variabel penghubung.

·   Contoh : Model/fungsi hubungan antar variabel

Independen                  Intervening                           Dependenl


 





 
 





Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel Independen, Enitervening dan Variabel Dependen

2.    Mengoperasionalisasikan Variabel
(1)  Jabarkan  variabel  teoritis  ke dalam  konsep  empirik  dan konsep analitis  dalam bentuk indikator-indikator yang terukur.
(2)  Jabarkan variabel-variabel tersebut kedalam bentuk dimensi atau sub-variabel. Dimensi merupakan fokus/sudut pandang peneliti dari sisi mana peneliti tertarik untuk membidik konsep variabel terebut.
(3)  Jabarkan dimensi/sub variabel tersebut dalam bentuk indikator-indikator  yang terukur dalam bentuk skala, misalnya   skala nominal, skala  ordinal, skala interval dan skala rasio.

Ada empat macam skala pengukuran data, yaitu:
1. Skala Nominal, yaitu skala yang didasarkan atas penggolongan atau kategori. Ada uda jenis skala nominal, yakni:
a)  Diskrit (unik), yaitu skala yang memiliki keistimewaan yang sangat kontras, misal: Laki-laki dan perempuan, siang dan malam.
b)  Mutual eklusif, yaitu sama-sama penting kedudukannya (tidak ada yang lebih penting) yang ada adalah perbedaan. Misalnya: Islam-kristen-protestan-hindu, atau dalam pekerjaan seperti Petani, Pegawai Negeri, Karyawan swasta, TNI/POLRI,  dan Guru.
 Dalam penelitian ekonomi dan manajemen yang menggunakan alat statistik parametrik data-data-data yang berskala nominal, hendaknya dirubah menjadi skala ordinal dengan menggunakan variabel dummy (dummy vriables), dengan lambang skala 1 (satu) dan 0 (nol). Misalnya:
Jika Laki-laki =1, dan perempuan =0 atau sebaliknya.
Jika Petani = 1, dan yang lainnya selain petaani = 0.

2. Skala Ordinal, yaitu suatu skala yang disusun berdasarkan jenjang atau ranking (kurang atau lebih). Misal:
 * Skala Tingkat Pendidikan :
   SD = 1, SLTP = 2, SLTA= 3 Perguruan TinggiS1= 4, PT S2= 5.
*  Skala Pengetahuan/kompetensi :
Sangat mengusai = 5, Menguasai = 4, kurang menguasai     = 3, tidak menguasai = 2, sangat tidak menguasai=1.
* Sikap sikap :
Sangat setuju = 5, Setuju = 4, kurang stuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1.
* Skala Perilaku :
   Selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, dan tidak pernah =1.
(Dalam penelitian ekonomi /manajemen yang menggunakan alat statistik parametrik, data-data-data yang berskala ordinal, hendaknya dirubah menjadi skala interval dengan menggunakan succesive method).

3.    Skala Interval, yaitu suatu skala yang dihasilkan dari pengukuran yang mamiliki satuan pengukuran yang sama. Dalam skala ini nilai angka nol (0) tidak mutlak (angka nol masih bermakna).
Misal :
* Prestasi belajar, umur/usia, dan lain sebaginya.

4.           Skala  rasio, yaitu suatu skala yang secara kuantitatif memiliki angka nol (0) mutlak.  Misal:    * Pendapatan, konsumsi, investasi, harga, suhu, dll. Indikator-indikator ini harus dapat terukur secara empirik dan dugunakan sebagai sumber untuk membuat instrumen peneltiian.

Contoh 1:Operasionalisasi Variabel Pemberdayaan dan Produktivitas

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Sub-Variabel
Indikator
Ukuran
Skala
Pemberdayaan SDM
• Pemberian
  Tanggung
• Tanggung jawab
Skala tugas lebih besar
Ordinal
(X1)
   Jawab
• Wewenang
Kesempatan mengambil keputusan
Fandi Tjiptono

• Kepercayaan
Bekerja tanpa pengawasan
(2000:135)

• Komitmen
Tindakan sesuai dengan ucapan

• Penciptaan Kondisi
• Kemudahan
Diberikan pemahaman terlebih dulu
Ordinal


• Fleksibel
Peraturan tidak kaku

• Melibatkan
• Penghargaan
Mendapat balasan atas pencapaian
Ordinal


• Pengakuan
Dilibatkan dalam kegiatan


• Komunikasi
Mampu menyampaikan maksud
Manajemen Konflik
• Stimulasi Konflik
• Pelibatan orang luar
Keterlibatan orang di luar kelompok
Ordinal
(X2)

• Pemberian insentif
Insentif memicu persaingan
Veithzal Rivai

• Ketidaksesuaian
Pendelegasian tugas tak sesuai
(2004:514)
• Pengurangan Konflik
• Pengendalian Konflik
Pengarahan untuk dihilangkan
Ordinal


• Pemecahan Masalah
Terprediksikan solusi

• Penyelesaian Konflik
• Dominasi/Penekanan
Menggunakan otoritas pimpinan
Ordinal


• Kompromi
Saling bernegosiasi


• Integratif
Menghilangkan sama sekali
Produktivitas Kerja
• Kualitas
• Motivasi
Semangat kerja bertambah
Ordinal
(Y)

• Loyalitas
Ada rasa terikat dengan perusahaan
Malayu S.P. Hasibuan

• Kontributif
Nilai tambah pada pekerjaan
(2003:94)
• Kuantitas
• Disiplin
Hadir dan pulang tepat waktu
Ordinal


• Hasil kerja
Sesuai dengan yang ditargetkan





Contoh 2:  Operasionalisasi Variabel


Variabel
Dimensi/Sub-variabel
Indikator/Ciri/unsur/sifat
Kemampuan Manajerial  
a. Kemampuan/Skill Perencanaan








b. Skill pengorganisasian

c. Kemapuan Kemampuan berempati
a.TingkatKemampuan merancang tujuan yang jelas.
b.TingkatKemampuan merancang jadwal yang jelas.l
c.Kemampuan   merinci  program.
d.Kemampuan  membuat rencana aksi

a.Kemampuan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab.
b. Kemampuan merancang struktur organiasai.
c. Kemampaun merancang  Tufoksi.
d.   Kemampuan semua unsur yang ada dalam pengorganisasian
a. Selalu men ampung aspirasi.
b. Menghargai hasil karya orang lain.

Pelatihan







a. Proses Pelatihan





b.Pengalaman pelatihan
a.  Kejelasan     analisis kebutuhan.
b.  Kejelasan tujuan pelatihan
c.   Ketepatan               materi pelatihan
d.  Ketepatan         metode pelatihan
e. Ketepatan instruktur Pelatihan

a.  Lamanya pelatihan
b.  Jenis pelatihan
Motivasi Kerja Guru  
a.                                                                          a. Motif Berprestasi








b. Motif berafiliasi



a. Jumlah guru yang memiliki Pandangan ke depan
b. Jumlah guru yang berorientasi Berorientsi hasil
c.Skala keTidk puasas terhadap hasil
d. Selalu ingin unggul
e. Tingkat Kreatif
f.  Tigkat Inovatif
g. Tingkat Semangat
1. Tingkat Semangat kerja tim
2.Tingkat Semangat  bergabungan

1. Tingkat Semangat memimpin
2. Tingkat Semangat tampil beda
Kinerja Guru
1. Proses/Kualitas
1. Tingkat Semangat mengajar
2. Tingkat Disiplin dalam melaksanakan tugas
3. Tingkat Kreatif dalam proses
4.Tingkagt  Inovatif dalam metoi
5. Loyalitas

2. Hasil/Kuantitas
1. Prestasi siswa
2. Capaian kurikulum
3. Ketuntasan belajar


Contoh 3 : Operasionalisasi Variable Iklim Organisasi dan Komitment Organisasi
Variabel
Dimensi/Sub Variabel
Indikator
Ukuran
Skala
Iklim Organisasi (X)
iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya
Structure
Peraturan
Tingkat kesesuaian peraturan
Ordinal
Prosedur
Tingkat kesesuaian prosedur
Responsibility
pengawasan
Tingkat pengawasan
pengarahan
Tingkat pengarahan
pembimbingan
Tingkat pembimbingan
Reward
Penghargaan
Tingkat pemberian penghargaan
Peningkatan kinerja
Tingkat peningkatan kinerja, pelatihan
Warmth
Keramahan
Tingkat keramahan
Hubungan antar rekan kerja
Tingkat hubungan antar rekan kerja
Support
Hubungan antar pimpinan dan karyawan
Tingkat hubungan antara pimpinan dan karyawan
Organizational identity and loyality
Kebanggaan
Tingkat kebanggaan selama berada dalam organisasi
kesetiaan
Tingkat kessetiaan kepada organisasi
Risk
Pengambilan resiko
Tingkat pengambilan resiko



Tabel 2 Operasional Variabel Penelitian Variabel Y
Variabel
Dimensi/Sub variabel
Indikator
Ukuran
Skala
Komitmen Organisasi (Y) (Komitmen organisasi merupakan keyakinan yang menjadi pengikat seseorang dengan organisasi tempatnya bekerja, yang ditunjukkan dengan adanya loyalitas, keterlibatan dalam pekerjaan dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi).

Affective Commitment
Hubungan Emosional
Tingkat hubungan emosional terhadap organisasi
Ordinal
Identifikasi dengan organisasi
Tingkat pengetahuan tentang organisasi
Keterlibatan dalam kegiatan organisasi
Tingkat keterlibatan didalam organisasi
Continuance Commitment
Kesadaran
Tingkat kesadaran
Normative Commitment
Perasaan keterikatan
Tingkat perasaan keterikatan

3.5 Sumber Data dan Tekni Pengumpulan Data
Ada dua sumber data, yaitu :
a.       Sumber data primer, data ini diperoleh langsung dari semua pegawai/responden.
b.      Sumber data sekunder, data ini diperoleh bukan dari responden akan tetapi dari pustaka-pustaka, internet,  serta catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik yang bersumber dari sumber internal maupun sumber eksternal.

  Teknik Pengumpulan Data
a.    Interview (Wawancara)
Wawancara langsung/tanya jawab dengan para pegawai untuk memperoleh data mengenai masalah yang menjadi objek penelitian.
b.   Studi Dokumentasi
Mempelajari data-data, dokumen dan literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
c.    Observasi
Pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, sehingga memungkinkan dapat melihat objek yang sebenarnya.  
d.   Angket/kuisioner  (pernyataan/daftar pernyataan)
Sejumlah pernyataan/pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

Tabel. 3.4. Tabel Kriteria Penilaian Alat Ukur
Alternatif jawaban
Bobot
Favorabel (+)
Unfavorabel (-)
SS
5
1
S
4
2
KS
3
3
TS
2
4
STS
1
5


3.6 Rancangan Analisis Data

Pengumpulan data atau informasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka  instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu harus valid dan  reliable.
a.      Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:172). Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dan alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, sebagai berikut:
r     (Riduwan, 2007 : 110)
Dimana :
r           = Koefisien Korelasi
X      = Jumlah skor tiap item
Y      = Jumlah total skor seluruh item
N         = Jumlah responden
Keputusan pengujian validitas instrument :
·         Jika rhitung  ≥ rtabel  berarti valid
·         Jika rhitung  ≤ rtabel  berarti tidak valid
Secara teknis pengujian instrument dengan rumus-rumus di atas menggunakan fasilitas software SPSS 16.0 for windows.

b.      Uji Reliabilitas
Setelah menguji validitas kuesioner, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketetapan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkap gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. “Suatu instrument penelitian disebut reliabel apabila instrument tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur” (Ronny Kountur, 2007:165). Dengan memperoleh nilai r dari uji validitas (menunjukkan hasil indeks korelasi), maka akan diketahui ada atau tidaknya hubungan antara dua belah instrument. Suharsimi Arikunto (2006:178) menyatakan bahwa “Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
 Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan teknik dengan rumus Alpha Croanbach sebagai berikut :
Dimana :
r           = Croanbanch Alpha (Reliabilitas Instrumen)
k          = Banyaknya item angket
∑αb2      = Jumlah varian bulir
αt2        = Varian total
Rumus Variansnya adalah
Keterangan: 
            N = Jumlah peserta test
Keputusan pengujian reliabilitas instrument:
Ø  Jika rhitung > rtabel, berarti reliabel
Ø  Jika rhitung  rtabel, berarti tidak reliable

3.7 Teknik Analisis Data
Dalam bagian ini dikemukakan tentang jenis alat statistik yang akan digunakan dan rumusan hipotesis statistiknya. Jelaskan pula mengenai alasan mengapa alat statistik itu digunakan, dan persyaratan apa yang harus dipenuhi dalam menggunakan alat statistik tersebut.

3.8 Uji Hipotesis

Ho          : Tidak ada Pengaruh Iklim Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai dalam bekerja di PT. Kujang Mas daerah operasional kota Sukabumi.
H1          : Terdapat Pengaruh Iklim Kerja terhadap Komitmen Organisasi Pegawai dalam bekerja di PT. Kujang Mas daerah operasional kota Sukabumi.





3.8     BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN  
4.1 Hasil Penelitian
Bagian ini merupakan tahap reduksi data, yaitu  proses memfokuskan dan mengabstraksikan data menjadi informasi yang bermakna.
4.1.1 Tinjauan Umum Objek penelitian
Dalam bagian ini dikemukakan gambaran menyeluruh  tentang objek yang diteliti termasuk potensi dan  aspek-aspek yang dapat mengakses  terhadap pemecahan masalah yang akan dikaji. Bila yang dikaji maslah-maslah manajemen, maka yang ada kaitannya dengan maanajemen saja.




4.1.2 Deskripsi Variabel yang Diteliti
Uraikan  deskripsi objek/ gambaran setiap variabel yang diteliti, dan sajikan data dalam bentuk  tabel,  matrik, diagram atau bentuk lain dan bunyikan data tersebut  dalam bentuk naratif.

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis
         Ungkapkan hasil uji hipotesis secara statistik, misalnya dengan mengemukakan hasil uji–t  atau hasil uji lainnya. Penyajian hasil uji statistik bisa dalam bentuk model matematik, tabel, bagan , grafis atau diagram.  Kemudian buat kesimpulan-kesimpulan statistiknya atau kesimpulan hasil pengujian hipotesis statistik.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
(1) Dalam bagian ini berisi pembahsan hasil penelitian baik secara   teoritis maupun empiris, yang kemudian disintesiskan dengan hasil penelitian terdahulu untuk mencari konvergensi dan divergensinya. Apakah hasil penelitian tersebut menyokong keberlakuan suatu teori, memodifikasi, atau bahkan menggugurkan teori.  Dalam bagian ini merupakan proses berpikir sintesis antara  deduksi dan induksi.

(2) Kemukakan Temuan-temuan penelitian, termasuk fenomena baru yang mungkin muncul selama penelitian, bila ada.


3.9 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
·         Harus menjawab terhadap masalah yang dirumuskan
·          Kesimpulan harus konsisten dengan masalah yang dirumuskan dan yang ingin dijawab, tujuan dan keguanaan penelitian, hipotesis, hasil penlitian dan pembahasan.
·         Kesimpulan penelitian bukan ringkasan atau inti sari tetapi merupakan kaitan logis dari konsep berpikir deduktif ke arah general isasi.
·         Menguraikan kesimpulan Penelitian bukan kesimpulan statistis.

5.2. Saran-saran/Implikasi Hasil Penelitian
·         Merupakan resep dalam rangka pemecahan masalah. Oleh sebab itu, saran-saran menggambarkan kegunaan prakis (follow up) dari implikasi hasil penelitian (dimensi aksiologis ilmu).
·         Merupakan implikasi dari kesimpulan yang harus dapat dioperasionalkan dalam kehidupan praktis, nyata dan bukan angan-angan atau khayalan.
·         Uraian praktis dari saran-saran bersumber dari indikator-indikator yang diteliti, bukan di luar hasil penelitian.
·         Harus di dasarkan pada kesimpulan
·         Harus memberi kesempatan pada peneliti lain yang akan mengungkapkan secara mendalam.






 



















BAB V
PENELITIAN KUALITATIF

(1) Metode kualitatif dinamakan metode baru karena popularitasnya belum lama. Disebut juga metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Disebut juga metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat artistik. Disebut juga metode interpretative research.
      Sedangkan metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena sudah cukup lama/mentradisi digunakan. Metode kuantitatif disebut juga metode positifistik, karena berlandaskan pada filsafat positisme. Disebut juga metode medtodel ilmiah/scienific, karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu kongkrit/empiris, , objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Disebut juga metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan  berbagai iptek baru. Disebut kuantitatif karena data-data berupa angka-angka dan menggunakan statistik.
(2) Metode Kualitatif diigunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah (lawannya adalah metode experimen).

(3) Dalam metode kualitatif instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki wawasan dan bekal teori yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

(4) Pengambilan sampel sumberdata dilakukan secara purposif dan snowball.
(5) Teknik pengumpulan data bersifat triangulasi I(gabungan), yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan.
(6)  Analisis data bersifat induktif/kualitatif berdasarkan fakta -fakta yang ditemukan di lapangan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.

(7) Hasil penelitian kualitatif lebih bersifat makna daripada generalisasi. Dengan kata lain, penelitian kualitatif tidak menekankan pada generaliasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualtaitf dinamakan transferability.

(8) Meode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna, yaitu data yang sebenarnya dan data pasti.

(9) Metode Kualitatif diguanakan bila masalah masih remang-remang, sehingga peneliiti  melakukan eksplorasi terhadap suatu objek. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.

(10) Teknik pengumpulan data dalam peneltiian kualitatif  digunakan teknik wawancara secara mendalam  in dept interview,  observasi berperan serta, dan dokumentasi.











PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Perbedaan mendasar teletak pada aksioma, proses penelitian, dan karakteristik.

AKSIOMA DASAR
MET. KUANTITATIF
MET. KUALITATF
Sifat Realitas
Dapat diklasifikasikan, kongkrit, teramati, terukur
Ganda , holistik, dinamis, hasil kontruksi dan pemahaman.
Hubungan Peneliti dengan yang diteliti
Independen supaya terbangun objektivitas
Interaktif dengan sumberdata supaya memperoleh makna.
Hubungan variabel
Sebab akibat (kausal)

X                  Y
Timbal balik
X                  Y
 

             Z
Kemungkinan Generalisasi
Cenderum membuat generalisasi
Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu)
Peranan nilai
Cencerung bebas nilai
Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti
KARAKSTERISTIK
MET. KUANTITATIF
MET. KUALITAITF
a. Desain:
a. Spesifik, jelas, rinci.
b.Ditentukan secara mantap sejak awal.
c.Menjadi pegangan langkah demi langkah
a. umum
b. Fleksibel
c. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian.
b. Tujuan
a. Menunjukkan hubungan antar variabel.
b. Menguji teori.
c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif.
b. Menemukan teori.
c. Menggambarkan realitas yang kompleks.
d. Memeperoleh pemahaman makna.

c.Teknik pengumpulan data.    
Kuesioner, observasi dan wawanara tersrukur
a.Participant observation.
b. In dept interview
c. Dokumentasi.
(. Triangulasi)
d. Instrumen penelitian.
a. Test, angket, dan wawancara terstruktur.
b. Instrumen yang ditelaah terstandar.
a. Peneliti sebagai  itsrument (human instrument)
b. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam dll.
e. Data
a. Kuantitatif
b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasikan
a. Deskriptif kualitaitf
b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan resnponden, dokumen dan lain-lain.


Hal 44/24



Proses Penelitian Kualitatif
1)    Tahap pertama adalah tahap Orientasi atau deskripsi dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Peneliti biasanya baru mengenal sepintas informasi  yang diperolehnya . Dalam tahap deskripsi data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas.
2)    Tahap kedua adalah tahap reduksi/fokus, peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Memilih data mana yang menarik, penting dan berguna, serta baru. Kemudian data tersebut dikelompokan dalam dikategori yang ditetapkan sebaga fokus peneltian. Misalnya dalam dunia pendidikan fokus pada masalah PBM saja.
3)    Tahap ketiga adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjali lebih rinci. Misalnya dalam pendidikan adalah PBM saja, maka yang lebih rinci adalah nyengkut perencanaannya, menyangkut actionnya, menyangkut evaluasinya, menyangkut materinya, menyangkut metodenya dsb.

(Proses Penelitian Kualittatif lihat hal 30)
1. Tahap Deskripsi: Memasuki situasi sosial: ada tempat, aktor dan situasi sosial. Kesmpulan-penemuan : Informasi deskriptif.
2. Tahap Reduksi: Menetukan fokus :memilih diantara yang telah di deskripsikan. Kesimpulan-penemuan :Informasi komparatif.
3. Tahap Seleksi: Mengurai fokus: Menjadi komponen yang lebih rinci. Kesimpulan-menemukan: Informasi assosiatif.










BABA VI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Pendahuluan
a. Salah satu pendekatan yang sedang populer untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui upaya peningkatan kemampuan pembelajaran adalah melalui pemanfaatan penelitian tindakan kelas.
b. Penelitian Tindakan Kelas menawarkan Pendekatan dan prosedur baru yang berdampak  langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesional guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan mengkaji indikator-indikator berbagai keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa dan proses kegiatan belajar mengajar.
c. Dengan PTK diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar yang dialami oleh siswa, proses pembelajaran oleh guru dan permasalahan lain pada umumnya, seperti kesalahan-kesalahan konsep dalam mata pelajaran, kesulitan mengajar dan lain sebagainya.

2.    Pengertian PTK
Penelitian tindakan  (action research) merupakan salah satu pendekatan baru dalam memecahkan masalah atau mengembangkan keterampilan-keterampilan baru di dunia praktis yang dilakukan secara reflektif.
Menurut Stephen Kemis yang dikutif oleh D. Hopkins dalam bukunya ” A Teacher’s Guide to Classroom Research’ (1993:44) penelitian tindakan kelas adalah:
“… a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including education)  situation in orde to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of the practices, and (c) the situation in which practice are carried out “ (Marilyn Johnson, 1999:6).
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku  tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan tugas , memperdalam pemahaman terhadap tindakan tindakan yang dilakukannya itu , serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

3.    Karakteristik PTK
a.    An Inquiry on Practice From Within
             ii.         Kegiatan PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru dalam PBM
            iii.         PTK bersifat “practive driven and action driven “ , yaitu untuk memperbaiki praktek secara langsung disini-sekarang.


b.    A. Collaborative Effort Between School Teacher and Teacher Educator
            iv.         PTK dapat dilakukan dengan sistem kolaborasi (kemitraan) antara guru disekolah yang bersangkutan atau anatara guru – dosen, atau guru antar sekolah.
             v.         Kersama dalam kesejawatan dalam keseluruhan tahapan PTK mulai dari identifikasi sampai dengan perumusan masalah serta diagnosis keadaan , perencanaan tindakan perbaikan, pengumpulan dan analisis data , refleksi penemuan, dan penyusunan laporan.
            vi.         Permasalahan dalam PTK harus diientifikasi  secara kolaboratif . Namun guru tetap memegang kncah pembelajaran.
          vii.         Bila guru bermitra dengan dosen, maka dosen yang dijadikan mitra tidak boleh  menggiring guru yang menjadi mitranya kearah permasalahn  yang diyakini. Oleh sebab itu, dosen berperan sebagai pemantau gagasan guru (sounding board).

c.    A Refrective Practice, Made Public
         viii.         Penegenalan masalah serta upaya yang dirancangv  untuk mengatasinya dan efektivitas penerapannya dilakukan secara lebih explisit dan sistematis.
            ix.          Dalam konteks ini  guru PTK memegang peranan ganda, yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas dan sebagai peneliti praksisnya sendiri.


4.    Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas PTK)
a.    Pratis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b.    Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik, lebih empirik dalam arti bahwa penelitian tersebut lebih mendasarkan pada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasarkan pada pendapat subjektif yang didasrkan pada pengalaman masa lampau.
c.    Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama penelitian, dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan onthe-spot experimentation and inovasi
d.    Meskipu n sistematis, penelitian tindakan ketertiban ilmiah, karena validitas internal dan eksternal  adalah lemah. Tujuannya situasional dan  sampelnya terbatas tidak representatif, dan kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kecil. Oleh sebab itu, hasilnya walaupun berguna untuk dimensi praktis, namun secara tidak langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.



5.    Tujuan PTK
a.    Untuk meningkatkan  kemantapan rasional dalam melaksanakan tugasnya, karena  ”improve practice here and now”.
b.    Untuk memperdalam tindakan yang dilakukan , karena memperbaiki proses PBM dan meningkatkan profesionalisasi guru.
c.     Untuk memperbaiki kondisi praktek pembelajaran dan program sekolah pada umumnya.

6.    Manfaat  Peneltian Tindakan Kelas
a.    Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
b.    Adanya inovasi pendidikan karena guru semakin diberdayakan dalam meningkatkan profesionalisasinya secara mandiri.
c.     Membuat Guru semakin percaya diri dan lebih berani mengambil risiko dengan mencoba hal-hal yang baru, sehingga semakin banyak pengetahuan dan teori yang dibangunnya sendiri berdasarkan pengalaman.
d.    Guru tiak mudah puas diri, sehingga guru selalu terdorong untuk melakukan tugas dengan lebih baik.
e.    Menumbuhkan inovasi pembelajaran dari bawah, karena guru benar-benar mencari pemecahan masalah berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati di kelas.
f.      Bermanfaat bagi perbaikan kurikulum, karena kurikulum bisa disusun berdasarkan informasi dari lapangan.

7.    Prinsip-prinsip PTK
a.    Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh sebab itu PTK tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b.    Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru. Oleh sebab itu tidak mengganggu proses PBM.
c.     Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga guru dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesisnya.
d.    Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan. Karena itu, pendorong utama PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik pada siswa.
e.    Guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian yang tinggi terhadap etika pekerjaannya.
f.      Permasalahan tidak dilihat dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam konteks luas , yaitu sekolah secara keseluruhan. Oleh sebab itu PTK sebaikknya melibatkan dua orang guru sekolah atau lebih.




8.    Prosedur Pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian bedaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:


Gambar 5.1 Prosedur Pelaksanaan PTK














MELAKUKAN TINDAKAN
 








MENGAMATI
 





 










Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sisntesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian , sehinga pada gilirannya perlu dilakukan tindakan ulang dan pengatan ulang serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Dengan demikianlah tahap-tahap kegiatan ini terus berulang,,  sampai suatu permasalahan diangap teratasi, untuk kemudian-biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa.
Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK bisa digambarfkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

















Gambar  5.2 Spiral PTK (Hopkins, 1993 : 48)



PALAN
 
 



 







































Sumber: Hopkis, 1993. Classroom Action Research.



9.    Tahapan Pelaksanan Tindakan Kelas
Seperti telah dikemukakan bahwa PTK adalah [prosedur pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan. Menurut Raka Joni (1998) ada lima tahapan pelaksanaan penelitian tindakan, uaitu:
(1) Pengembangan fokus masalah penelitian
(2)  Perencanaan Tindakan
(3)  Pelaksanaan tindakan dan observasi
(4)  Analisis dan refleksi
(5)  Perencanaan tindakan lanjut.


1.    Penetapan Fokus Masalah Penelitian
(a)  Merasakan adanya Masalah
             x.         Dalam pelaksanakannya, PTK diawali dengan msalah yang masih memerlukan perbaikan atau perubahan guna meningkatkan mutu kinerja.
            xi.         Berdasarkan masalah yang masih kabur tersebut, guru mengidentifikasi fokus permasalahan yang masih  memerlukan tindakan perbaikan.
          xii.         Kemudian dilakukan dengan pengenalan lapangan untuk memahami keadaan lapangan, jika diperlukan dilakukan pengumpulan data awal agar dapat dirumuskan permacalahanya yang dapat dicari alternatif pemecahannya, artinya dapat dibuat rencana perbaikan untuk mengamati msalah tsb. Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti PTK pemula adalah: Bagaimana memulai PTK?
         xiii.         Untuk dapat memulai suatu PTK, pertama yang harus dimiliki guru adalah adanya perasaan ketidakpuasan terhdap praktik pembelajaran yang selama itu dilakukan. Bila guru sudah merasa puas (meskipun sebenarnya masih banyak hambatan  dalam proses itu) maka sangat sulit untuk memunculkan masalah.
         xiv.         Dituntut keberanian untuk mengatakan secara jujur kepada diri sendiri mengenai sisi lemah yang dimiliki dalampembelajaran di kelas. Dengan kata lain guru mamapu meenung, merefleksi, berfikir balik terhadap  apa saja yang telah dilakukan  dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi –sisoi lemah yang ada.
          xv.         Permsalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar berangkat dari msalah-masalah yang dialami dalam praktek di kelas.
         xvi.         Masalah-msasalh tersebut dapat berpangkal/bersumber dari :
a.    Siswa                                    e. Hasil Belajar Siswa
b.    Guru                                      f.  Iklim Belajar
c.     Bahan Ajar Kurikulum           g. Budaya Belajar, dsb.
d.    Interaksi pembelajaran
(b) Identifikasi Masalah
        xvii.Dalam mengawali PTK , peneliti dapat berangkat dari diagnosis keadaan yang bersifat umum, taitu kebutuhan adanya sesuatu yang perlu diperbaiki. Untuk mendorong ide-ide/pikiran –pikiran itu kita bertanya pada diri sendiri, misalnya:
-       Apa yang sedang terjadi sekarang?
-       Apakah yang terjadi itu mengandung permaslahan?
-       Apa yang bisa dilakukan Terhadap Permasalhan itu?
      xviii.Bila pertanyaan tersebut ada dalam pemikiran peneliti maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan, misalnya:\
-       Saya akan memperbaiki .................................
-       Berapa orang yang tidak mersa senang tengtang....
-       Saya bingung oleh ..................................................
-       Saya memilih gagasan untuk ..................................
-       Saya memilih gagasan untuk mengujicobakan kelas saya tentang...................................................
         xix.Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih topik:
-       Jangan memilih topik yang tidak dikuasi oleh guru.
-       Ambilah topik yang sekalanya kecil dan terbatas.
-       Pilih topik yang penting bagi guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam aktivitas seklolahnya.
-       Usahakan untuk mencoba dan bekerja secara kolaboratif mengenai fokus penelitian.
-       Kaitkan antara peneltiian kelas yang dilakukan dengan prioritas rencana pengembangan sekolah atau tujuan sekolah.

(c)  Analisis Masalah
          xx.Apakah maslah itu penting dan mendasar untuk dipecahkan ?
Misal::
Mengapa selalu bingung dalam nejawab pertanyaan Guru? Bagaimana  cara memecahkan msalah tersebut?

         xxi.Masalah itu dipecahkan dengan terlebih dulu melaksanakan diagnosis terlebih dahulu terhadap guru sendiri maupun terhdap siswa.
Misal:
Melalui instrosfeksi guru atau diskusi. Mungkin pertanyaan itu tidak jelas atau terlalu panjang.
Diagnosis melalui siswa dapat dilakukan dengan bertanya kepada mereka.
        xxii.Hasil analisis masalah itu dirumuskan dalam bentuk : Pertanyaan guru umumnya kalimatnya terlalu panjang, cakupan jawabannya terlalu luas, terlalu sulit dan tenggang waktu yang diberikan untuk menjawab terlalu singkat.


(d) Perumusan Masalah
          xxiii.         Masalah dibatasi dan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
          xxiv.         Masalah yang dirumuskan harus sudah tergambar kemungkinan penyelesaiannya , solusi pemecahannya, jenis data yang dikumpulkan, dan cara analisisnya.

2.    Perencanaan Tindakan
3.    Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
4.    Analisis dan Refeksi
5.    Perencanaan Tindakan Lanjut





2.    Format Proposal PTK